Pada saat-saat seperti ini, saya menerima banyak sekali telepon dan pesan dari saudara-saudari seiman, yang mengirimkan kata-kata yang menguatkan, dan menyanyikan pujian untuk menyemangati saya. Saya sangat terharu, dan saya ingin berterima kasih kepada seluruh saudara dan saudari atas doa-doa dan kasih yang mereka tunjukkan kepada saya dan keluarga.
Ayah saya, Sau Sing Chan, dilarikan ke rumah sakit tanggal 27 April 2020, karena sesak napas, kehilangan nafsu makan, dan pembengkakan pada kaki dan tangannya. Ini terjadi karena ia memiliki gagal jantung dekompensasi, yaitu kekakuan jantung, yang disebabkan usianya yang baru-baru ini menginjak usia sembilan puluh tahun.
Kisah ini dimulai di bulan Maret 2020. Saya bekerja pada Pelayanan Kesehatan Nasional (National Health Service – NHS) di Newcastle. Ketika sekolah dan perkantoran di seluruh Inggris tutup pada 23 Maret 2020, departemen saya terus bekerja untuk mendukung persiapan menghadapi pandemi. Beberapa kolega saya mengunjungi klinik dokter umum di wilayah kami, membantu mereka bersiap merawat pasien yang terjangkit virus korona.
Tanggal 28 Maret 2020 malam, setelah beberapa hari pusing dan sakit kepala, saya memutuskan untuk menghubungi 911 (layanan darurat). Setelah tiba, anggota paramedis mengukur suhu tubuh saya. Hasilnya 103 derajat Fahrenheit (39,4 derajat Celcius). Saya demam dan merasa sangat lemah, dengan detak jantung 105 denyut per menit (bpm). Saya merasa seolah-olah akan segera meninggal.
Apakah kita telah menggunakan waktu kita dengan bijak, seperti yang dinasihatkan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. Hendaknya pernyataan ini menjadi bahan perenungan bagi kita selama masa lockdown ini.
Walaupun pada saat ini gerak dan ibadah kita dibatasi secara fisik, namun Firman Tuhan tidak dapat dibatasi. Bahkan dengan kemajuan teknologi, pemberitaan Firman Tuhan dapat diperluas sehingga dapat menjangkau orang-orang di berbagai tempat. Maka, hendaklah keadaan saat ini tidak membuat kita berkecil hati. Sebaliknya, senantiasa berdoa dan berusaha agar Injil dapat makin tersebar ke seluruh dunia.
Sebagai umat percaya yang setia kepada Tuhan, seharusnya iman kita tidak didasarkan keadaan yang kita alami atau terima saat ini. Kita harus memiliki iman seperti ketiga sahabat Daniel, yang percaya bahwa Tuhan sanggup untuk mengatasi segala masalah. Namun jika Tuhan memilih untuk membiarkan kita tetap berada di dalam masalah tersebut, hendaknya kita tetap percaya bahwa Dia akan selalu merancangkan
hal yang baik bagi kita.
Elia tidak menyia-nyiakan waktu dalam isolasi, dan keluar sebagai sosok yang berpengaruh, siap untuk membalikkan keadaan dan menggerakkan hati serta pikiran orang-orang sebangsanya. Bagaimana dengan kita?
Pandemi yang kita alami saat ini serupa dengan kekeringan yang dialami pada zaman nabi Elia yang datang secara tiba-tiba. Kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir, namun kita percaya akan pemeliharaan Tuhan atas kita. Pada waktu-Nya, Tuhan akan memulihkan keadaan, seperti Tuhan menurunkan hujan untuk mengakhiri masa kekeringan. Hal terpenting yang harus kita lakukan dalam masa-masa sulit seperti ini adalah senantiasa bersandar dan beriman kepada-Nya.
Pandemi ini merupakan kesempatan bagi kita untuk mengevaluasi dan meningkatkan hubungan kita dengan Tuhan. Selain itu, kita juga memiliki lebih banyak waktu untuk membina hubungan yang lebih baik dengan anggota-anggota keluarga kita.