Berdoa Dengan Iman Akan Menyelamatkan
Download |
PDF File |
Edisi Lainnya |
Yuk Ying Lee – London, Inggris
Dalam nama Yesus Kristus, saya bersaksi tentang bagaimana Tuhan menyembuhkan saya dan menjaga keluarga saya dan semua orang di sekitar saya selama pandemi COVID-19.
“Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” (Yak 5:14-15).
Hal pertama yang selalu saya lakukan ketika suami atau saya merasa kurang sehat adalah menghubungi pendeta dan pengerja gereja untuk membantu doa. Tidak ada pengecualian.
Saat berusia enam puluh enam tahun, di awal Maret 2020, saya mulai merasa pusing. Pada hari Senin, tanggal 16 Maret, saya berkonsultasi ke dokter umum, dan dinyatakan bahwa saya mengidap vertigo. Namun penyebabnya tidak begitu jelas karena, secara fisik, tidak ada yang salah dengan saya. Saya berpikir, karena merasa sangat pusing – pasti ada alasannya! Jadi, atas saran teman, saya memutuskan untuk pergi ke klinik lokal untuk meminta opini kedua. Setelah memeriksa, dokter tersebut menganjurkan saya untuk pergi ke rumah sakit bagian kecelakaan dan gawat darurat. Karena sakit kepala ini bertambah parah, saya memutuskan untuk mengikuti anjurannya.
Saya pergi ke rumah sakit tanggal 17 Maret. Di sana, dokter melakukan beberapa pemeriksaan yang diperlukan, termasuk mengambil foto rontgen. Saya merasa bahwa saya dapat bernafas dengan normal dan tidak menunjukkan gejala COVID-19 apapun. Namun karena paru-paru saya menunjukkan tanda-tanda infeksi, dokter memutuskan untuk rawat inap agar dapat melakukan pengobatan. Saat itulah saya teringat untuk menghubungi pengerja gereja membantu doa.
Setelah tiga hari berada di rumah sakit, seharusnya saya sudah boleh pulang. Namun seorang dokter berkata bahwa saya positif terjangkit virus korona dan harus tetap tinggal di rumah sakit. Ia menanyakan apakah saya memiliki kesulitan bernafas ataupun gejala lainnya, dan saya menjawab tidak. Namun hasil tes menyatakan bahwa saya harus dipindahkan dari ruang perawatan menuju ruang isolasi.
Sebelum dirawat, saya berhubungan dengan banyak orang. Pada tanggal 7 Maret, saya mengikuti Kebaktian Sabat seperti biasanya di gereja cabang Forest Hill dan berinteraksi dengan banyak saudara dan saudari di sana. Pada tanggal 10 Maret, saya makan malam dengan anak perempuan saya dan mertuanya. Pada tanggal 12 Maret, saya keluar berjalan-jalan dengan teman saya dan ia tidak menggunakan masker. Dan saya juga mengundang adik ipar saya dan isterinya ke rumah untuk makan pagi bersama pada tanggal 15 Maret. Ternyata, oleh kemurahan Tuhan, semua orang yang berhubungan dengan saya tetap baik-baik saja dan tidak terjangkit virus.
Setelah dipindahkan ke ruang isolasi, saya mulai merasa tidak nyaman, sampai titik di mana saya selalu merasa mual dan tidak dapat beranjak dari tempat tidur. Setelah tiga hari, saya merasa lebih baik, sehingga saya dipindahkan kembali ke ruang perawatan biasa. Namun, beberapa hari kemudian, level oksigen saya turun menjadi sembilan puluh (kadar normal = sembilan puluh enam). Saya tidak merasakan gangguan pernafasan atau kesulitan bernafas, namun saya diberikan masker oksigen.
Saya perlu tinggal di rumah sakit selama dua minggu. Ketika dipulangkan, saya dianjurkan untuk melakukan pemulihan di rumah. Selama dua minggu pertama, saya tetap merasa kurang sehat, menderita sariawan mulut dan kelelahan. Pada minggu ketiga, saya merasa seperti sudah sembuh. Namun, saya masih mengurung diri di lantai atas untuk menghindari kontak dengan suami saya selama enam minggu.
Pada tanggal 7 Juli, pemeriksaan menyatakan bahwa paru-paru saya sepenuhnya telah bebas dari infeksi.
Pada saat-saat seperti ini, saya menerima banyak sekali telepon dan pesan dari saudara-saudari seiman, yang mengirimkan kata-kata yang menguatkan, dan menyanyikan pujian untuk menyemangati saya. Saya sangat terharu, dan saya ingin berterima kasih kepada seluruh saudara dan saudari atas doa-doa dan kasih yang mereka tunjukkan kepada saya dan keluarga.
Sekali lagi, doa syafaat sangatlah efektif. Setiap kali kita membutuhkan bantuan, kita dapat selalu memohon pengerja gereja dan saudara-saudari seiman untuk berdoa bagi kita.
“Karena itu hendaklah kamu saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yak 5:16b).
Terlebih, pengalaman ini meyakinkan saya atas perkataan dalam Yakobus 4:14-16:
“Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup, dan berbuat ini dan itu.” Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.”
Kiranya segala kemuliaan, hormat, dan pujian hanya bagi Bapa kita yang pemurah dan pengasih! Haleluya! Amin.