SAUH BAGI JIWA

Terpaksa Memikul Salib 

Renungan Tanggal: 27 Apr 2024

“Ketika mereka berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus” (Matius 27:32)

Frase “memikul salib” adalah istilah yang pernah diucapkan oleh Tuhan Yesus. Istilah tersebut mengandung arti bahwa sebagai pengikut Tuhan, kita perlu menghadapi berbagai pergumulan dan tantangan iman dalam menjalani kehidupan kerohanian kita. Meskipun menjalani istilah itu dalam hidup tidak semudah seperti yang diucapkan, Tuhan Yesus telah menunjukkan kepada kita bahwa dalam hidup-Nya, Ia telah memikul salib baik secara fisik maupun secara iman kepercayaan.  

Dalam Kitab Injil, dicatatkan tentang seorang bernama Simon dari Kirene yang dipaksa oleh pasukan-pasukan pengadilan untuk memikul salib Yesus. Kirene sendiri adalah sebuah kota Yunani–sekarang adalah wilayah timur Libia–dengan jumlah orang Yahudi yang cukup banyak. Pada saat perayaan Paskah, orang-orang Yahudi dari Kirene memerlukan waktu perjalanan kurang lebih tiga sampai lima minggu untuk sampai ke Yerusalem. Sungguh, sebuah perjalanan yang panjang dan melelahkan–itu dilakukan agar orang-orang Yahudi, termasuk Simon dari Kirene, dapat merayakan Paskah di Bait Tuhan di Yerusalem.

Para penulis Injil pun menekankan bahwa Simon baru saja datang dari luar kota, dan ia kemudian secara kebetulan berpapasan dengan arak-arakan yang sedang membawa Yesus menuju ke Golgota. Tiba-tiba saja para prajurit menahan Simon dan memaksanya untuk memikul salib Yesus.

Umumnya, orang-orang akan berpikir bahwa Simon dari Kirene ini “tertimpa sial.” Sudah jauh-jauh datang dari Kirene, berencana untuk ikut perayaan Paskah; tetapi sekarang malah dipaksa untuk memikul beban salib yang berat. Padahal saat itu, ada banyak orang lain yang lewat dan melihat peristiwa tersebut; lalu mengapa diri Simon yang dipilih untuk memikul salib?

Di sisi lain, penahanan dan paksaan tersebut secara tidak langsung memperkenalkan Simon pada Yesus. Melalui perjalanannya bersama Yesus menuju bukit Golgota, mungkin Simon mulai mengenal siapa sosok Yesus yang dibantunya dan alasan mengapa Ia disalibkan. Tidak disangka, bahwa perayaan Paskah–peringatan disembelihnya anak domba agar darahnya dapat dioleskan di pintu-pintu rumah orang Israel supaya tulah yang ditujukan kepada orang Mesir tidak menimpa mereka–yang Simon ingin rayakan, ternyata sudah ia saksikan dan peringati saat Ia berjalan bersama Yesus menuju Golgota–tempat di mana Yesus akan mencurahkan darah-Nya sebagai Anak Domba Allah untuk keselamatan seluruh umat manusia.  

Dalam Injil Lukas, Tuhan Yesus pernah menyampaikan, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9:23). Apakah yang dimaksud dengan “memikul salib setiap hari”? Ada kalanya, demi menaati kebenaran Firman Tuhan, kita mengalami kerugian ataupun dikucilkan dan tidak disukai oleh orang lain. Ada kalanya, saat kita sedang memegang teguh janji pengharapan Tuhan, kita justru tertimpa masalah demi masalah–kesulitan ekonomi, sakit-penyakit ataupun masalah dalam pekerjaan dan keluarga. Tanpa sadar, hati kecil berteriak, “Sudah percaya Yesus, mengapa masih tertimpa sial?” 

“Ia harus menyangkal diri,” demikian nasihat Yesus. Dalam bahasa asli, frasa tersebut berarti “mengesampingkan kepentingan diri.” Mungkin pada awalnya, “memikul salib” membuat kita merasa kecewa dan terbeban. Namun, Rasul Paulus mengingatkan bahwa kesengsaraan justru menghasilkan ketekunan, tahan uji dan akhirnya pengharapan.

Melalui salib yang ia pikul, justru Simon dapat mengenal Yesus. Hari ini, melalui salib Kristus, justru kita dapat lebih menyadari kelemahan diri kita, sehingga kita dapat lebih sungguh-sungguh menghargai setiap kasih karunia yang telah dan sedang Allah berikan dalam hidup kita. Kiranya Roh Kudus-Nya senantiasa membimbing kita semua. Amin.

Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

bible-2167778_1920
    1. Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
    2. Pembukaan:
      • Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
      • Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
      • Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
    3. Sharing & diskusi keluarga:
      • Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
      • Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
      • Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
      • Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
    4. Penutup:
      • Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
      • Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.