Seorang gadis remaja melarikan diri dari rumahnya. Ia baru saja berselisih paham dengan ibunya dan merasa bahwa ibunya tidak mengasihinya. Selama beberapa hari dia pergi tanpa tujuan, tanpa bekal, tanpa pakaian atau uang. Gadis ini tidak tahu entah mau pergi ke mana. Hatinya dipenuhi amarah dan kesal terhadap ibunya.
Tentunya kita ingin hati kita dipenuhi oleh rasa kasih. Tetapi ketika kita melihat perbuatan atau kelakuan seseorang yang tidak kita sukai, perasaan benci dapat muncul di dalam hati kita. Misalnya saja ketika teman yang kita percayai ternyata membongkar rahasia pribadi kita kepada orang lain, perasaan benci ini dapat muncul dalam hati kita. Atau, ketika ada orang yang mencelakakan kita sehingga kita mengalami kerugian yang sangat besar, perasaan benci ini pun dapat muncul dalam hati kita.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar pepatah “Tak Kenal Maka Tak Sayang” untuk menyatakan bahwa apabila kita tidak mengenal seseorang atau sesuatu, maka kita tidak dapat menghargai ataupun menyayangi seseorang atau sesuatu tersebut. Misalnya saja seorang balita kemungkinan besar akan lebih memilih mainan yang berwarna-warni daripada selembar kertas cek tunai bernilai seratus juta rupiah. Berbeda dengan orang dewasa yang sudah lebih memahami, tentunya akan memilih selembar cek tersebut daripada mainan berwarna warni.
Kita mungkin sudah pernah atau bahkan sering membaca ayat di atas, di mana Petrus bertanya kepada Yesus mengenai berapa kali ia harus mengampuni orang yang berdosa kepadanya. Lalu, Yesus menjawab sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Apakah itu berarti kita harus mengampuni orang sampai 490 kali? Lalu setelah itu apabila ada yang berbuat salah lagi kepada kita, apakah kita tidak perlu mengampuninya?
Menghina adalah sebuah tindakan atau ucapan yang bertujuan untuk merendahkan, menyinggung, atau menyakiti perasaan orang lain. Hal ini bisa kita lakukan secara sengaja atau tidak sengaja. Selain itu, hal ini juga bisa terjadi dalam berbagai bentuk, baik verbal, tulisan, gerakan tubuh, maupun melalui media digital. Baik secara rohani maupun secara etika, perilaku ini sebenarnya tidak baik karena dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat, merusak hubungan, dan menimbulkan dampak psikologis yang serius pada orang yang dihina.
Yesus menyebut diri-Nya sebagai Roti Hidup yang telah turun dari surga. “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” Perkataan ini dianggap keras, berlebihan dan tidak masuk akal. Maka, banyak murid-murid-Nya yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Setelah mukjizat memberi makan lima ribu orang, banyak orang mengikuti Yesus. Sebelumnya mereka takjub akan kuasa Yesus yang bisa menyembuhkan orang sakit. Sekarang mereka melihat Yesus bahkan sanggup melipatgandakan makanan, hanya dari lima roti dan dua ikan! Mereka pun terus mencari Yesus. Yesus. Namun, Yesus tahu motivasi mereka. Mereka mencari-Nya hanya untuk memperoleh kesembuhan ataupun mendapatkan makanan.
Suatu hari, ketika berada di taman bermain, tanpa sengaja saya memperhatikan bagaimana anak-anak bermain dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Nampak setiap anak memiliki kepribadian, cara bersikap, dan berkata-kata yang berbeda. Namun ada hal yang menarik. Ketika orang tua mereka datang dan mengajak mereka pulang, terlihat ada semacam kemiripan dari sikap dan tutur kata anak-anak ini dengan orang tuanya masing-masing.
Program Reduce, Reuse, and Recycle untuk sampah plastik banyak diadakan oleh berbagai pihak, baik dari swasta maupun pemerintah. Contohnya, ada perusahaan air minum yang menyediakan mesin pengumpulan botol air minum bekas pakai yang dikeluarkan perusahaannya, dan akan memberikan poin yang kemudian bisa ditukarkan menjadi sejumlah uang. Ada juga program sebuah pemerintah daerah yang menggunakan sampah plastik sebagai alat pembayaran kendaraan angkutan umum. Selain itu, ada juga yang mengadakan pasar murah dengan pembayaran sampah plastik. Semuanya itu merupakan usaha-usaha untuk mengurangi limbah plastik yang dihasilkan masyarakat setiap harinya. Akan tetapi walaupun banyak program-program semacam ini, tetap saja masih banyak masyarakat yang menggunakan kantong belanja plastik ataupun kemasan makanan dari plastik serta tidak percaya terhadap bahaya laten akan polusi bahan plastik terhadap makhluk hidup dan lingkungannya.
Sebagai manusia, kita membutuhkan makanan untuk mendapatkan energi demi melakukan aktivitas kita sehari-hari. Di Indonesia, pada umumnya kita makan nasi sebagai makanan pokok kita. Tetapi bagi umat Yahudi pada zaman dahulu, mereka makan roti. Karena itu dalam bacaan kita hari ini, Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan mengenai roti.