SAUH BAGI JIWA
“…bagaikan ombak laut yang ganas…” (Yudas 13)
“…bagaikan ombak laut yang ganas…” (Yudas 13)
Di sebuah pantai yang tidak begitu ramai, datanglah beberapa orang pemuda sambil bersenda-gurau berjalan di sepanjang pesisir. Sejenak mereka terhenti oleh sebuah tanda besar yang terpasang dengan jelas bertuliskan “Hati-hati, ombak besar!” Tidak terpengaruh oleh tanda tersebut, mereka justru saling menantang satu dengan yang lain untuk berlomba siapa yang dapat menuju ke tengah lautan terlebih dahulu.
Satu dengan yang lain, mereka saling berlari dengan tergesa-gesa dari pesisir pantai sampai ke pinggir laut. Meskipun ombak terus berdatangan menerpa kaki mereka, semakin mereka merasa tertantang untuk menuju ke tengah. Semakin ke tengah, tanpa disadari, perlahan-lahan ombak laut itu justru membawa mereka lebih dalam menjauhi pantai.
Tiba-tiba, dari kejauhan mereka melihat ombak besar menuju ke arah mereka. Sewaktu mereka mulai menyadari apa yang terjadi, tiba-tiba ombak raksasa itu pun langsung menerpa dan menelan mereka.
Seperti cerita ilustrasi di atas, firman Tuhan mengumpamakan arus ganas dunia sebagai ombak besar dan ganas yang ada di tengah lautan (Yes. 57:20, Yud. 13). Seringkali kita justru tergiur dengan trend dunia ini—mulai dari ketidak-jujuran yang memberikan hasil yang menggiurkan, hubungan bebas antara laki-laki dan perempuan, sampai kepada paham-paham dan filsafat-filsafat yang mendukung pada kepercayaan, kebanggaan dan kesombongan diri sendiri.
Seperti halnya pemuda-pemuda yang tergiur dan tertantang untuk berlomba ke tengah ombak lautan yang ganas, seringkali kita juga terpancing pada hal-hal dunia yang menantang! Bahkan kita merasa bahwa asalkan kita dapat dengan hati-hati menjaga diri dari “ombak ganas” dunia, kita dapat menikmati tantangan tersebut tanpa harus mencelakai kerohanian kita.
Ketika firman Tuhan mengingatkan kita kembali, tidak jarang kita berbalik membantahnya di dalam hati kecil kita dengan menganggap bahwa Tuhan hanya ingin membelenggu kebebasan kita! Tetapi ketika kita sudah terjerat arus ombak yang ganas, apa yang akan terjadi dengan diri kita? Setelah kita mendapatkan dunia dan kesenangannya, kita pun akan tertelan arus dunia dan kehilangan nyawa kita!
Sang Pengkhotbah telah memberikan kita peringatan yang keras tentang hal ini: “Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, itupun juga sia-sia!” (Pkh. 2:1). Telah diperingatkan bahwa kesenangan yang ada dalam arus dunia ini hanyalah suatu kesia-siaan belaka, dan tidak lain adalah siasat dari si jahat untuk menelan dan menyeret kita lebih dalam menuju ke tengah lautan yang gelap dan dingin.
Kitab Suci dengan tegas menasihati kita untuk tidak diombang-ambingkan oleh arus gelombang laut ganas, yang ombaknya dipenuhi dengan rupa-rupa pengajaran, permainan palsu dan kelicikan manusia yang menyesatkan; sebab semua ini pada akhirnya akan menyeret kita ke dalam maut. Akan tetapi hendaklah kita berpegang teguh pada kebenaran di dalam kasih kita yang bertumbuh di dalam Tuhan. Sebab ada tertulis, “Sadarlah dan berjaga-jagalah!… Dan Allah akan menguatkan dan mengokohkan kamu…” (1Ptr. 5:8, 10). Dengan demikian, kita tidak akan tertelan dan kita dapat tetap berdiri teguh dan kokoh bersama Tuhan kita—di antara ombak-ombak ganas di tengah lautan.