SAUH BAGI JIWA
“ Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat ”
(Matius 5 : 37)
“ Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat ”
(Matius 5 : 37)
Pada suatu kali, di salah satu kelas SD, ada peristiwa satu anak kehilangan uang. Setelah ditelusuri ternyata kecurigaan dan bukti mengarah pada salah satu anak. Namun anak tersebut tidak mau mengakui dan selalu mengatakan tidak. Guru kelasnya membawa anak tersebut kepada saya. Anak itu ketakutan dan terus menangis, namun tetap mengatakan dirinya tidak mengambil uang itu. Setelah agak lama, dengan lembut saya berkata, “Uang yang hilang itu ada dua lembar dua puluh ribuan, dan ada lagi sepuluh ribuan, kan?” Tapi anak itu langsung menepis, “Bukan, uang itu hanya satu lembar saja…” Secara tidak sadar dia terjebak dan akhirnya dia mengakui bahwa dia telah mengambil uang tersebut.
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk berkata jujur. “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak.” Terkadang agar perkataannya lebih dipercaya, sebagian orang dengan mudahnya bersumpah. Tetapi Tuhan Yesus juga mengatakan, “Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya” (Mat. 5:34-35a)
Kalau terkadang kita jujur, namun di lain waktu kita berbohong, maka ketika kita jujur pun dan mengatakan yang sebenarnya, orang lain pun dapat meragukan perkataan kita. Di saat itulah kita akan tergoda untuk bersumpah. Karena itu, Tuhan Yesus menasihatkan agar kita selalu berkata jujur. Dengan demikian, kita tidak perlu bersumpah, karena orang lain tidak akan meragukan perkataan kita. Namun sekali saja kita tidak jujur dan berbohong, maka orang lain pun akan terus mempertanyakan perkataan kita.
Kejujuran sesungguhnya sangatlah penting. Sampai-sampai ada ungkapan yang mengatakan bahwa kejujuran itu mahal, bahkan sangat mahal. Ketika saudara bekerja, atau berada dalam kumpulan pertemanan, atau berada di rumah sekalipun, kejujuran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari integritas kita. Ketika orang bisa melihat kita sebagai orang jujur, maka hal itu sesungguhnya tidak ternilai. Ketika orang memandang kita sebagai orang yang tidak jujur, berapa pun uang yang kita keluarkan tidak akan dapat menggantikannya.
Memang tidak selalu mudah untuk berkata jujur. Mudah melakukannya ketika kejujuran membuat orang lain tenang dan senang, namun sulit ketika kejujuran menyakitkan hati orang lain. Walau bagaimana pun keadaan dan situasi yang kita hadapi, kita harus selalu berkata dengan jujur. Karena “apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”
Salah satu tokoh pejuang hak asasi wanita, Eleanor Roosevelt, mengatakan bahwa, “tidak peduli seberapa polos seorang wanita, jika kebenaran dan kejujuran tertulis di wajahnya, dia akan menjadi cantik”. Yang dimaksudkan adalah bahwa kejujuran di dalam hati akan dapat tercermin dalam wajah. Meskipun tidak cantik, namun kejujuran akan membuatnya terlihat cantik. “Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu sendiri ” (Ams. 27:19).
Marilah kita menanamkan kejujuran dalam hati kita dan menjadikan sikap jujur sebagai sikap yang utama dalam keseharian kita, sehingga hidup kita dapat memuliakan Dia. “Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku.” (Mzm. 25:21a).
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Haleluya!