SAUH BAGI JIWA
Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (Matius 4 : 19)
Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (Matius 4 : 19)
Pernahkah terpikir dalam benak kita, mengapa Tuhan Yesus pergi ke danau Galilea untuk memilih murid-murid-Nya yang pertama? Sebab pada masa itu, wilayah Galilea dihuni oleh orang-orang Samaria, yaitu orang-orang Yahudi yang telah kawin campur dengan bangsa lain, membuat Galilea dituliskan sebagai wilayah bangsa-bangsa lain (Mat. 4:15). Wilayah Galilea ini juga kurang terpandang karena tidak ada nabi yang datang dari Galilea (Yoh. 7:52). Namun, Tuhan Yesus memilih mereka menjadi murid-murid-Nya. Karena kasih serta kemurahan Tuhan Yesus, orang-orang Galilea yang rendah dan tidak terpandang ini bisa dipilih dan dipakai menjadi alat kemuliaan-Nya.
Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Menerima panggilan Yesus, Petrus merasa begitu tidak layak dan tersungkur di depan Yesus serta berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” Namun Yesus berkata: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Dan mereka mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. (Luk. 5:8, 11).
Saat ini, Tuhan pun memanggil kita semua untuk menjadi murid-Nya. Bagaimanapun latar belakang kita, dari bangsa mana kita berasal, apa pun status kita, Tuhan memanggil kita menjadi murid-Nya. Dan Dia berkata kepada kita: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”
Menjadi murid Yesus, kita dipanggil untuk menjadi penjala manusia, bekerja melayani-Nya. Walaupun kita merasa kurang memiliki kemampuan, bukan siapa-siapa, dan bukan orang yang terpandang, justru karena itulah Tuhan memanggil kita untuk bekerja di ladang-Nya. Seperti yang dikatakan Paulus kepada jemaat di Korintus, “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat… supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.” (1 Kor. 1:26-29).
Petrus yang awalnya merasa dirinya begitu tidak layak menerima panggilan Yesus, tetap mempersembahkan dirinya menjadi alat bagi kemuliaan-Nya. Biarlah kita juga pada hari ini, dengan segala keterbatasan dan kelemahan yang kita miliki, dengan rendah hati menerima panggilan Tuhan untuk menjadi murid-Nya. Dan biarlah Tuhan menggunakan kita semua menjadi alat bagi kemuliaan nama-Nya. Haleluya!