SAUH BAGI JIWA
“Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: ‘Tuhan, tolonglah aku!’” -Matius 14:30
“Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: ‘Tuhan, tolonglah aku!’” -Matius 14:30
Saat Petrus berjalan di atas air, ia merasakan ada tiupan angin yang membuatnya takut. Mengapa Petrus merasa takut?
Sebelum Yesus datang, murid-murid-Nya sudah berada beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang karena angin sakal (Mat. 14:24). Saat angin berhembus, Petrus mungkin teringat akan peristiwa angin sakal yang ia alami sebelumnya sehingga ia merasa goyah dan mulai tenggelam. Meskipun Tuhan Yesus berada di dekatnya dan memampukannya berjalan di atas air, namun keraguan Petrus membuatnya tenggelam.
Petrus tentu mengetahui bahwa Tuhan Yesus sudah melakukan banyak mujizat. Petrus mengetahui bahwa Tuhan Yesus dapat meredakan angin ribut (Mat. 8:23-27). Namun semua mujizat yang pernah disaksikannya itu seolah tidak mampu memberinya kekuatan untuk tetap percaya kepada Tuhan.
Sama seperti Petrus, kita seringkali merasa goyah dan ragu dalam menghadapi berbagai angin kehidupan. Meskipun Tuhan Yesus sudah seringkali menunjukkan kasih-Nya dalam kehidupan kita, kita selalu lupa dan kembali tenggelam dalam segala permasalahan hidup kita.
Hal apa yang bisa membuat iman kita menjadi goyah?
Ketakutan dan kekuatiran dapat membuat kita melupakan betapa besar kuasa Tuhan dalam hidup kita. Ketika mengalami berbagai himpitan dalam kehidupan, kita akan mulai merasa takut dan lupa bahwa Tuhan mampu menolong. Walaupun Ia sudah banyak sekali menolong kita, namun ketakutan dan kekuatiran itu seolah lebih menguasai pikiran kita. Pandangan kita yang awalnya tertuju kepada Tuhan Yesus perlahan-lahan mulai beralih karena adanya keraguan yang berhembus dalam pikiran kita. Keinginan untuk menyelesaikan masalah secara cepat pun memegang peranan untuk mengalihkan pandangan kita dari Tuhan Yesus. Kebanyakan orang berusaha mencari jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya. Kepanikan dan pikiran yang dihantui rasa kuatir pun membuat kita tidak bisa melihat bahwa sebenarnya kuasa Tuhan sedang bekerja menyelesaikan masalah yang ada.
Mengapa demikian? Iblis dapat membuat kita melupakan betapa besarnya kasih Tuhan. Ia akan meniupkan berbagai pikiran buruk, kekuatiran dalam hati kita dan mengaburkan semua kebaikan Tuhan yang pernah kita rasakan.
Lalu bagaimana kita menghadapi kekuatiran dan pikiran buruk tersebut?
Kita perlu membentenginya dengan selalu mengingat setiap kasih Tuhan yang telah diberikan kepada kita. Agar kasih Tuhan tidak kita lupakan begitu saja, kita bisa menuliskannya dalam sebuah buku pribadi yang mengisahkan tentang perjalanan hidup kita bersama Tuhan. Dengan demikian, ketika kita mengalami tiupan angin pencobaan, kita dapat dengan mudah mengingat betapa Tuhan mengasihi kita dan tak akan meninggalkan kita.
Walaupun susah jalan yang harus kita lalui, kita tahu bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang bertakhta di atas kerajaan surga. Ia adalah Allah yang setia dan akan memberikan damai sejahtera dan sukacita dalam kehidupan kita di dunia yang fana ini.
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yohanes 16:33)