SAUH BAGI JIWA
“…dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu” - 1 Samuel 1:10
“…dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu” -
Perikop
Mungkin kita pernah merasakan sakit hati atau tekanan di dalam kehidupan kita yang disebabkan oleh orang lain. Seringkali, tekanan batin atau kepedihan hati lebih menyakitkan daripada penderitaan secara fisik. Apakah yang kita lakukan saat mengalami hal tersebut? Apakah kita membalas orang yang telah menyakiti kita atau memendam semua yang kita rasakan itu sendiri? Jika kita belajar dari teladan Hana, saat ia merasakan sakit hati karena terus-menerus disakiti oleh madunya, ia datang kepada Tuhan dan menceritakan seluruh isi hatinya kepada Tuhan (ayat 16).
Dalam ayat 11 dikatakan bahwa ia bukan hanya menceritakan sakit hatinya kepada Tuhan. Ia meminta seorang anak kepada Tuhan sebagai jawaban dari permasalahannya. Di sini kita dapat melihat kedewasaan iman Hana. Ia tidak meminta Tuhan untuk membalas sakit hatinya. Ia tidak meminta agar Tuhan menghukum Penina. Namun ia berkata, “Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan untuk seumur hidupnya.” (1Sam. 1:11)
Hana meminta seorang anak laki-laki kepada Tuhan sebagai jawaban atas sakit hati yang ia rasakan. Tetapi poin utamanya di sini adalah Hana memberikan kembali kepada Tuhan apa yang ia minta dari Tuhan. Ia tidak mengutamakan egonya. Hana tidak berpikir bahwa anaknya harus selalu ada di sisinya agar madunya tidak lagi menghina. Ia memberikan Samuel kepada Tuhan untuk melayani Tuhan seumur hidupnya.
Saudara-saudari yang terkasih, kita bisa belajar tiga teladan Hana. Pertama, ia tidak membiarkan dirinya dikuasai emosi ketika ia merasakan sakit hati. Sebaliknya, ia membawa semuanya ke dalam doa kepada Tuhan. Kedua, ketika ia berdoa kepada Tuhan, Hana tidak berfokus pada rasa sakit hatinya. Namun dengan rendah hati ia meminta agar Tuhan mengingatnya. Ketiga, ia mengembalikan semua yang telah diterimanya kepada Tuhan. Sesuatu yang sangat berharga bagi dia, sesuatu yang membuat dia tidak lagi merasa pedih hati, yaitu Samuel.