SAUH BAGI JIWA
“Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah” -Mazmur 127:3
“Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah” -Mazmur 127:3
Milik pusaka atau warisan adalah suatu pemberian. Orangtua bekerja keras agar dapat meninggalkan warisan bagi anak-anak mereka. Warisan ini dapat berupa rumah, tanah, mobil, uang, perhiasan, dan benda-benda berharga lainnya. Warisan ini merupakan bentuk kasih orangtua kepada anak-anaknya.
Allah juga memberikan anak-anak kepada orangtua sebagai warisan. Tujuan Allah atas pemberian ini adalah agar manusia memenuhi bumi sesuai dengan nas firman Tuhan, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak ; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
Tuhan memberikan hak istimewa kepada ayah dan ibu untuk melahirkan dan membesarkan anak. Menjadi orangtua adalah proses seumur hidup tanpa mendapatkan sertifikat atau piagam keberhasilan. Orangtua memiliki kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Karena itu, orangtua harus selalu memperhatikan tingkah laku dan perkataannya seperti yang dikehendaki oleh Allah. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma menasehatkan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Orangtua harus mengejar kesempurnaan dengan senantiasa melakukan pembaharuan budi sehingga dapat mengajar anak-anaknya sesuai dengan kehendak Allah.
Anak-anak merupakan milik pusaka Tuhan yang dititipkan kepada kita, sama seperti karir, harta, dan talenta yang Tuhan titipkan kepada kita. Kita bukanlah “pemilik” sesungguhnya dari anak-anak kita. Allah adalah “pemilik“ mereka. Pemazmur mengatakan bahwa anak-anak adalah pemberian Tuhan, hadiah, penghargaan, atau upah yang diberikan kepada umat yang dikasih-Nya. Kehadiran anak dalam suatu keluarga adalah pemberian Tuhan. Kehadiran anak bukanlah sesuatu yang secara otomatis terjadi. Saat sebuah keluarga dianugerahi seorang anak, ada rencana Tuhan yang indah di dalamnya. Sebuah keluarga yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak merupakan keluarga yang sempurna.
Tuhan mengingatkan agar sejak dini kita mendidik anak-anak agar mereka mengenal siapa pemilik mereka yang sesungguhnya. Tuhan juga menghendaki agar seisi keluarga hanya menyembah Allah yang benar dan sejati, yaitu Tuhan Yesus. Allah menghendaki agar seisi keluarga memegang kebenaran firman Tuhan seperti Nuh dan keluarganya yang berada di dalam satu bahtera. Seperti yang dikatakan oleh Yosua kepada bangsa Israel, “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”