SAUH BAGI JIWA
“Pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu” –Amsal 30:26
“Pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu” –Amsal 30:26
Amsal pasal 30 menuliskan perkataan Agur bin Yake. Salah satu hal yang dituliskannya adalah mengenai empat binatang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan. Dalam terjemahan bahasa inggrisnya, sangat cekatan dalam ayat tersebut berarti exceeding wise, yaitu sangat bijaksana. Jadi, walaupun mereka binatang terkecil di bumi, tetapi mereka sangat bijaksana. Salah satunya adalah pelanduk.
Pelanduk atau dalam bahasa Inggrisnya hyrax adalah binatang berbulu yang berukuran kecil seperti kelinci. Hyrax memiliki berat sekitar 4-5 kg dengan panjang 30-50 cm. Oleh karena tubuhnya yang kecil inilah, maka pelanduk akan sangat mudah menjadi santapan hewan – hewan buas lainnya. Akan tetapi, walaupun hewan yang satu ini tergolong sebagai bangsa yang kecil dan lemah, tetapi Agur bin Yake menjelaskan bahwa hewan ini sangat bijak. Hal ini terbukti dari rumah yang dibuat olehnya adalah rumah yang di bukit batu. Pelanduk melindungi dirinya dari binatang buas yang mengincarnya dengan berlindung di balik bebatuan.
Sama seperti pelanduk yaitu binatang yang lemah, kita juga harus menyadari bahwa diri kita sebagai manusia juga adalah makhluk yang lemah. Penulis kitab Mazmur menuliskan, “Ia ingat bahwa mereka itu daging, angin yang berlalu, yang tidak akan kembali.” Dalam terjemahan lainnya, daging pada ayat tersebut memiliki pengertian yang sama dengan fana; yang menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang fana, yang tidak kekal, dan bisa meninggal. Selain itu, kamus Alkitab juga menunjukkan bahwa daging tersebut menyatakan keadaan manusia sebagai makhluk yang lemah. Oleh karena itulah, diri kita di dalam dunia juga lemah seperti pelanduk.
Tidak hanya itu, sama seperti pelanduk, kita juga memiliki lawan yang dapat menerkam kita, yaitu iblis. Penulis surat
Sang Pemazmur pernah mencurahkan isi hatinya dalam doa seperti demikian, “Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku.” Tuhan adalah bukit batu kita, tempat berteduh, dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan kita. Sama seperti pelanduk yang tinggal di dalam bukit batu tersebut, hendaknya kita juga mau tinggal di dalam bukit batu kita, yaitu Tuhan Yesus. Caranya adalah dengan mendengarkan perkataan Tuhan dan melakukannya. Sama seperti yang dikatakan dalam Injil Matius, ”Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” Oleh karena itu, kita juga mau membuat rumah di dalam bukit batu, tinggal di dalam Yesus, mendengar Firman Tuhan, dan melakukannya agar kita bisa berlindung di dalam bukit batu tersebut.