SAUH BAGI JIWA
“…engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula…Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan” -Wahyu 2:4-5
“…engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula…Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan” -Wahyu 2:4-5
Apakah kita ingat ketika pertama kali menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan dibaptis? Bukankah pada waktu itu kita merasa sangat bersukacita dan bersemangat? Kita ingin mengenal Tuhan lebih dalam sehingga kita rajin membaca dan mempelajari Alkitab. Kita ingin lebih dekat dengan Tuhan sehingga kita bisa berdoa dalam waktu yang lama. Kita juga merasa begitu bersukacita sehingga mulut dan hati kita dipenuhi oleh puji-pujian bagi Dia. Lebih dari itu, kita juga ingin mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. Kita giat melayani-Nya.
Namun dengan berlalunya waktu, apakah semangat itu masih tetap sama? Apakah perasaan sukacita itu masih ada? Atau jangan-jangan sudah mulai memudar? Apakah kita masih tekun membaca dan mempelajari Alkitab? Apakah kita masih giat melakukan pekerjaan Tuhan atau malah sudah meninggalkannya? Ataukah secara tampak luar kita masih giat melayani, namun hanya menganggapnya sebagai kewajiban dan rutinitas belaka?
Hendaknya pertanyaan-pertanyaan di atas dapat menjadi renungan bagi kita, terutama bagi kita yang sudah lama percaya dan dibaptis. Mungkin saja api yang semula berkobar-kobar di dalam hati kita itu berangsur-angsur mulai meredup tanpa kita sadari. Seperti jemaat di Efesus, pada awalnya mereka dipuji oleh Tuhan karena ketekunan dalam melakukan kewajiban keagamaan dan kesabaran mereka dalam menanggung penderitaan. Namun, kemudian mereka berubah. Walaupun mereka masih melakukan semuanya itu, tetapi semangatnya tidak lagi seperti semula. Semua ini disebabkan karena kasih mereka telah menjadi dingin.
Demikian pula dengan orang Israel. Pada waktu mereka baru keluar dari Mesir, mereka sangat beriman dan mengandalkan Tuhan. Tetapi kemudian mereka meninggalkan-Nya dan menyembah allah lain. Waktu dan keadaan bisa mengubah kita.
Kita mengetahui bahwa semangat dan sukacita luar biasa yang kita rasakan ketika kita baru percaya dan dibaptis itu berasal dari luapan perasaan kasih kita kepada Tuhan. Kasih kepada Tuhan itulah yang membuat api di dalam hati kita berkobar-kobar. Jadi, ketika kita merasakan bahwa semangat dan sukacita kita mulai berkurang, itu artinya kasih kita kepada Tuhan sudah mulai memudar.
Banyak hal yang dapat menyebabkan kasih kita menjadi dingin, antara lain masalah, kesibukan, sakit-penyakit, atau kesenangan dunia. Karena itulah, Tuhan Yesus mengingatkan kita, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Mrk. 14:38) Kita harus memelihara kerohanian kita dengan baik sehingga tidak ada apa pun yang dapat menjauhkan kita dari Tuhan.
Kita harus senantiasa mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap kekuatan kita. Caranya adalah dengan selalu mengingat pengorbanan dan penderitaan-Nya di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. Ingatlah betapa besar hutang kita kepada Tuhan. Hutang yang tidak dapat kita bayar sekalipun dengan nyawa kita. Ingatlah juga akan kasih-Nya yang begitu besar. Bagaimana kita telah dipanggil dan dipilih untuk masuk ke dalam kawanan domba Allah. Kita mengingat kembali bahwa sepanjang perjalanan iman kita, Dia selalu menyertai dan menolong kita. Kiranya semua itu dapat membuat kita senantiasa mengasihi Dia.