SAUH BAGI JIWA
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1Tesalonika 5:18)
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1Tesalonika 5:18)
Bangsa Israel suka bersungut-sungut. Setiap kali menghadapi masalah atau kesusahan, mereka selalu bersungut-sungut. Selama perjalanan menuju ke tanah Kanaan, mereka berulang kali bersungut-sungut kepada Musa dan kepada Tuhan. Ketika mereka berada di padang gurun Syur, mereka telah berjalan selama tiga hari dan belum mendapatkan air. Setelah sampai di Mara, mereka menemukan air, tetapi tidak dapat minum air di situ karena pahit rasanya. Maka, bersungut-sungutlah mereka. Mereka juga bersungut-sungut ketika mereka kelaparan di padang gurun Sin.
Saat para pengintai menyampaikan bahwa negeri yang diintai mereka adalah suatu negeri yang memakan penduduknya dan berperawakan tinggi-tinggi, mereka menjadi takut dan gentar. Lalu mereka bersungut-sungut dan menuduh Tuhan telah sengaja membawa mereka keluar untuk ditewaskan oleh pedang.
Perilaku mereka itu telah mengecewakan dan membangkitkan murka Tuhan sehingga Dia hendak memusnahkan mereka. Namun karena kesabaran-Nya dan permohonan Musa, Tuhan menghukum mereka dengan tidak mengizinkan mereka melihat tanah Kanaan. “Berfirmanlah TUHAN: “Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu. Hanya, demi Aku yang hidup dan kemuliaan TUHAN memenuhi seluruh bumi: Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku, pastilah tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya.” (Bil. 14:20-23)
Bangsa Israel tidak belajar dari pengalaman dan tidak tahu bersyukur. Jika saja mereka mau melihat ke belakang dan mengingat kembali bagaimana Tuhan telah banyak melakukan mukjizat dan menolong mereka. Walaupun bangsa Israel menghadapi banyak kesusahan selama menempuh perjalanan di padang gurun, tetapi tangan Tuhan senantiasa menyertai mereka. Sayangnya, setiap kali menemui masalah, mereka cepat mengeluh dan segera lupa bagaimana Tuhan telah menolong mereka sebelumnya. Mereka hanya berfokus pada masalah mereka saat itu.
Hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita. Sepanjang hidup ini, kita pun sering mengalami masalah dan kesusahan. Walaupun tahu bahwa kita tidak boleh bersungut-sungut, kita seringkali sama seperti bangsa Israel. Kita sering mengeluh.
Kepada jemaat di Tesalonika yang sedang mengalami penganiayaan, Rasul Paulus menasihatkan, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1Tes. 5:18) Kita harus belajar mengucap syukur, baik saat segala sesuatu berjalan lancar maupun ketika sedang menghadapi masalah. Baik senang maupun susah, kita harus tetap bersyukur. Sebab Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28). “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1Kor. 10:13)
Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengucap syukur. Percayalah bahwa apapun yang kita alami adalah atas seizin dan berada di bawah kendali Tuhan. Belajarlah untuk tidak cepat bersungut-sungut. Tetap tenang ketika menghadapi masalah dan berdoalah memohon agar Tuhan memberikan jalan keluar.