SAUH BAGI JIWA
“Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu”
(Kisah Para Rasul 5:33)
“Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu”
(Kisah Para Rasul 5:33)
Para rasul ditangkap karena memberitakan tentang Tuhan Yesus meskipun telah dilarang oleh para petinggi agama. Mereka dihadapkan ke Mahkamah Agama. Di sana mereka ditanya tentang apa yang telah mereka lakukan. Para rasul pun menjawab: ”Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.”
Jawaban tersebut membuat hati para petinggi agama itu tertusuk hingga ingin membunuh para rasul. Suasana pun menjadi panas dan menegangkan. Pada saat yang bersamaan, di situ ada seorang yang sangat dihormati bernama Gamaliel. Ia memberikan suatu nasihat yang bijaksana dan bisa diterima oleh semua orang. Gamaliel berkata: “Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.”
Mengapa para petinggi agama ini tertusuk hatinya? Peristiwa hati yang tertusuk ini pun terjadi ketika Stefanus dilempari batu. “Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi.” (Kisah Para Rasul 7:54)
Hati merupakan karunia dari Tuhan. Dari dalam hati bisa muncul beragam perasaan yang mendorong manusia melakukan sesuatu. Dalam bahasa Inggris, kata tertusuk di ayat ini dituliskan sebagai cut to their hearts, atau dalam bahasa aslinya memiliki makna to saw asunder yang artinya “tersayat sampai terpisahkan”. Hati yang tersayat digambarkan seperti sesuatu benda tajam yang masuk ke dalam hati dan membuat hati kita serasa dikoyakkan sehingga tersayat menjadi bagian terpisah. Selain itu, istilah to saw asunder sama dengan to cut to the quick yang artinya amarah yang meluap-luap.
Para petinggi agama telah berbuat kesalahan. Firman Tuhan yang dikatakan para rasul telah menerangi kesalahan tersebut. Di sini kita dapat melihat adanya pertempuran antara dosa dan kebenaran firman Tuhan. Hal itu membuat mereka melihat kesalahannya dan ketidakberdayaannya. Akibatnya, para petinggi agama itu merasa sangat sakit seakan-akan sesuatu sedang menyayat hatinya. Meskipun hati mereka terasa sakit, mereka tetap berkeras dan menolak pertobatan. Bahkan sakit hati yang mereka rasakan itu malah menimbulkan amarah yang meluap-luap.
Sesungguhnya, hati yang tersayat merupakan suatu awal yang baik karena firman kebenaran berusaha masuk ke dalam hati kita yang memiliki dosa. Namun jika kita berkeras dan malah meresponnya dengan amarah yang meluap-meluap serta tidak mau merendahkan diri seperti yang dilakukan oleh orang-orang di dalam dua contoh di atas (Kis 5 dan 7), besar kemungkinan bahwa kita sedang melawan Allah seperti yang diungkapkan Gamaliel.
Ketika kita mendapati kebenaran Firman Tuhan yang menyayat hati, marilah kita sambut perasaan itu dengan syukur. Kita datang ke hadirat Tuhan dengan rasa bersalah dan pertobatan. Kita memohon belas kasih Tuhan agar mengampuni dan memimpin kita kembali ke jalan yang benar. Dengan demikian rasa tersayat itu dapat membuat kita menjadi orang yang lebih baik di hadapan Tuhan.