SAUH BAGI JIWA
Tetapi mertua Musa menjawabnya, “Tidak baik seperti yang kau lakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja.”
Tetapi mertua Musa menjawabnya, “Tidak baik seperti yang kau lakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja.”
Pernahkah kita merasa lelah? Secara jasmani, kita tentu pernah merasa lelah, baik karena bekerja seharian secara terus-menerus atau melakukan kegiatan fisik lainnya yang menguras tenaga dan pikiran. Pengkhotbah 3:10 mengatakan, “Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.”
Ketika Musa memimpin umat Israel, dikatakan bahwa ia bisa menjadi lelah. Mengapa? Karena cara kepemimpinan yang dilakukan Musa dinilai mertuanya kurang tepat sehingga akan sangat melelahkan.
Memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir bukanlah perkara yang mudah, terutama karena jumlah orang Israel yang besar dan seringkali bersungut-sungut. Menghadapi mereka tentu sangat menguras tenaga dan emosi. Jika bukan karena pimpinan Tuhan, tentu Musa sudah menyerah di tengah jalan. Ketika perjalanan mereka sampai ke dekat gunung Allah dan mereka mendirikan perkemahan, Yitro mertua Musa berkunjung ke sana dan melihat kesibukan Musa sebagai pemimpin. Dari pagi hingga petang Musa duduk mengadili bangsa itu, memberitahukan ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah. Yitro memandang hal itu tidak baik dan sangat melelahkan Musa. Lalu Yitro memberi nasihat kepada Musa agar berbagi tugas pelayanan. Ia harus mengajarkan orang-orang yang cakap, takut akan Tuhan, dapat dipercaya, dan menempatkan mereka menjadi pemimpin seribu orang, seratus orang, lima puluh orang dan sepuluh orang. Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan melakukan segala yang dikatakannya.
Berbagi tugas pelayanan sudah seharusnya dilakukan oleh para pengurus dan pengerja gereja supaya pekerjaan Tuhan dapat berjalan dengan baik dan memuliakan Tuhan. Namun ada kalanya kita tidak mau berbagi pekerjaan pelayanan dengan orang lain karena kita merasa bisa melakukan semuanya sendiri. Atau, kita merasa lebih baik di dalam melakukan suatu pelayanan daripada orang lain. Jika kita berpikir dan bertindak demikian, seperti kata Yitro, hal itu akan sangat melelahkan diri kita sendiri dan orang lain. Mengapa orang lain ikut lelah? Karena jemaat yang lain lelah menunggu untuk diberi kesempatan mengambil bagian dalam pelayanan. Hal ini bisa menyebabkan orang lain merasa lemah atau mengalami kemandekan iman, bahkan menjadi apatis karena merasa tidak mendapat kepercayaan.
Saya pernah dipercaya menjadi bendahara dalam sebuah acara persekutuan. Biasanya, selalu ada seorang saudari yang ditugaskan untuk memegang tanggung jawab ini. Ini bukan bidang keahlian saya. Saya belum pernah melakukan pelayanan ini. Namun saudari yang sudah berpengalaman tersebut memberikan saya kesempatan dan mengajarkan saya bagaimana cara mengelola kas persekutuan, mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran dan mencatatnya. Hal ini membuat saya bersukacita ketika melakukan pelayanan ini. Sementara saudari itu juga dengan senang hati memberikan kepercayaan kepada saya. Pengalaman berharga tersebut akhirnya saya terapkan dalam pekerjaan saya di bidang lain.
Pekerjaan Tuhan akan sangat baik bila dilakukan bersama-sama. Betapa indahnya jika setiap anggota jemaat punya kesempatan melayani Tuhan. Rasa lelah akan terhapuskan bila kita sama-sama berbagi di dalam pelayanan. Mari kita bersatu hati dalam melakukan pelayanan. Amin.
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2)