SAUH BAGI JIWA
“Tetapi perwira, yang menjadi ajudan raja, menjawab abdi Allah, katanya: “Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?” Jawab abdi Allah: “Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.” (2Raja-raja. 7:2)
“Tetapi perwira, yang menjadi ajudan raja, menjawab abdi Allah, katanya: “Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?” Jawab abdi Allah: “Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.” (2Raja-raja. 7:2)
Saat Elisa berkata bahwa besok harga sesukat tepung terbaik hanya sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal, perwira Israel itu tidak percaya. Pengepungan oleh Benhadad, raja Aram, terhadap Samaria telah menyebabkan terjadinya kelaparan hebat. Pada saat itu harga sebuah kepala keledai saja delapan puluh syikal perak dan harga seperempat kab kotoran merpati lima syikal perak. Kelaparan itu begitu hebat hingga ada orang yang harus memakan anaknya sendiri untuk bertahan hidup. Tidaklah mengherankan perwira itu tidak percaya ketika Nabi Elisa mengatakan bahwa besok harga-harga makanan akan menjadi sangat murah.
Namun perwira itu melupakan satu hal yang terpenting. Elisa adalah seorang nabi Allah yang diutus untuk menyampaikan perkataan Tuhan. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. ”Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk-Ku?” (Yer. 32:27)
Tuhan telah membuat tentara Aram melarikan diri ketika mendengar suara-suara kereta, kuda, dan tentara. Mereka mengira raja Israel telah membayar raja-raja lain untuk berkomplot melawan mereka. Maka pasukan Aram dengan tergesa-gesa meninggalkan kemah dan harta milik mereka untuk menyelamatkan diri. Begitu banyaknya jarahan telah menyebabkan harga tepung dan jelai menjadi sangat murah, tepat seperti yang telah dikatakan oleh Elisa. Malangnya, perwira yang tidak percaya itu ditugaskan oleh raja untuk mengawasi pintu gerbang dan dia mati terinjak-injak oleh rakyat yang menyerbu masuk.
Dalam Injil Markus kita melihat ada seorang anak yang bisu karena dirasuk roh jahat. Sejak kecil roh itu sering menyeretnya ke dalam api atau ke dalam air untuk membinasakannya. Anak itu dibawa kepada Yesus. Mereka berpikir mungkin Yesus dapat berbuat sesuatu dan menolongnya. Jawab Yesus: ”Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Mrk. 9:23) Ayah anak itu segera berteriak bahwa dia percaya. Lalu Yesus mengusir roh jahat itu keluar dan anak itu pun sembuh.
Dari kedua peristiwa ini kita melihat bagaimana iman menentukan apa yang akan terjadi kemudian. Pada peristiwa pertama, perwira itu meragukan dan meremehkan firman Tuhan. Perwira itu hanya melihat keadaan sekarang dan tidak yakin bahwa Tuhan mampu melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Akibat ketidakpercayaannya, dia tidak mendapatkan apa-apa dan bahkan binasa. Sebaliknya pada peristiwa kedua, kita melihat bagaimana ayah anak itu beriman kepada Yesus. Dia percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan anaknya, walaupun murid-murid Yesus gagal melakukannya. Imannya membuat dia diberkati dan anaknya sembuh.
Dari kedua peristiwa ini kita belajar bahwa apapun apapun kondisi yang kita alami, tetaplah percaya kepada Tuhan. Percayalah bahwa Dia sanggup melakukan dan mengubah segala sesuatu, walaupun itu adalah hal yang mustahil. Matius 9:29b berkata, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Jika kita beriman, tidak ada yang mustahil, asalkan itu sesuai dengan kehendak Tuhan.