SAUH BAGI JIWA
“Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu”
“Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu”
Dalam doanya, sang Pemazmur berharap agar kiranya Tuhan meneguhkan perbuatan tangannya. Namun, peneguhan dari Tuhan perlu diikuti dengan iman yang teguh. Iman bagaikan hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya.
Saat di bandara, ada beberapa orang yang mengambil jalur tanpa antrian langsung menuju ke pos layanan pemeriksaan dan sebentar saja langsung selesai. Mereka telah membayar lebih mahal dan mereka mendapat hak istimewa. Bahkan, saat menunggu pesawat, mereka yang berada di kelas VIP dapat menunggu ruang tunggu khusus.
Mengapa demikian? Karena mereka memiliki keistimewaan yang sudah mereka bayarkan, sehingga orang-orang lain yang tidak memiliki keistimewaan serupa—mereka tidak dapat masuk ke ruang VIP.
Iman itu ibarat sebuah hak istimewa yang diberikan kepada kita. Hak istimewa tersebut akan dapat dimiliki, tergantung atas kedekatan hubungan kita dengan Tuhan.
Penulis Injil Yohanes menegaskan keistimewaan dari kedekatan hubungan antara Tuhan Yesus dengan umat-Nya, “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” (Yoh. 1:11).
Firman Tuhan memberitahukan kepada kita bahwa Allah turun ke dunia sebagai manusia—ke dunia yang Ia telah ciptakan. Namun, orang-orang kepunyaan-Nya, yaitu umat manusia yang telah Ia ciptakan, justru tidak menerima Dia.
Di sisi lain, orang-orang yang mau menerima Yesus adalah mereka yang percaya kepada-Nya dan Tuhan akan memberikan kuasa kepada mereka untuk menjadi anak-anak Allah. Itulah hak istimewa yang diberikan kepada umat-Nya, yaitu saat status kita sebagai orang beriman diubah menjadi anak-anak milik Allah.
Sebagai anak-anak Allah, Tuhan memberikan keistimewaan pada kita. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma menjelaskan keistimewaan orang-orang percaya, “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?…Kristus Yesus …yang telah bangkit…duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?” (Rm. 8:33-34).
Terkadang, saat kita membaca kisah-kisah dalam Perjanjian Baru, kita mungkin bertanya-tanya: “Mengapa orang berdosa dapat masuk ke Firdaus, sedangkan mereka yang tidak percaya—justru jauh daripada Kerajaan sorga?”
Seseorang dapat masuk ke dalam Kerajaan surga, karena ia telah memperoleh hak istimewa—ia telah menerima Tuhan Yesus sebagai penyelamatnya dan Yesus sudah menghapus dosanya. Sedangkan orang yang tidak percaya, tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan sorga—sebab ia tidak memperoleh hak istimewa tersebut. Ia tidak menerima Yesus sebagai Juru Selamat.
Dengan demikian, orang berdosa yang mau percaya dan bertobat, ia akan menjadi milik-Nya. Tuhan akan menjadi Bapanya sehingga ia berada di dalam-Nya dan tidak lagi melakukan dosa. Sebaliknya, seseorang yang tidak mau mengakui dosanya dan tidak mau menerima Yesus sebagai Juru Selamat—meskipun mereka telah melakukan banyak perbuatan baik—mereka belum menjadi anak-anak Allah.
Perbuatan tangan yang diteguhkan membutuhkan iman, dan melalui iman tersebut kita dapat memperoleh hak istimewa—status kita diubah menjadi anak-anak Allah. Saat Tuhan menerima kita sebagai anak-anak-Nya, maka Ia akan memberikan Roh Kudus-Nya Barulah kita berhak untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan surga. Itulah iman yang memberikan keistimewaan kepada kita, iman yang akan meneguhkan perbuatan tangan kita.