SAUH BAGI JIWA
“Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti” – Matius 4:3
“Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti” – Matius 4:3
Bacaan : Mat 4:2-4
Setelah berpuasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam di padang gurun, akhirnya laparlah Yesus. Dalam keadaan yang lemah dan lapar itulah, iblis datang mencobai Yesus dan berkata: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.”
Apa yang dikatakan oleh si pencoba ini sepertinya hal yang wajar dan masuk akal. Tuhan Yesus adalah Anak Allah. Tentu bukan masalah besar untuk mengubah batu menjadi roti, sehingga Tuhan Yesus bisa makan dan tidak lapar lagi. Hal ini kedengarannya seperti saran yang baik, bukan? Namun, mengapa Tuhan Yesus tidak melakukannya?
“Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Dengan kata lain, jika Engkau tidak bisa mengubah batu ini menjadi roti, maka Engkau bukanlah Anak Allah. Iblis ingin Tuhan Yesus membuktikan keilahian-Nya kepadanya. Namun Tuhan Yesus tidak ingin menyalahgunakan keilahian-Nya ataupun menuruti apa yang dikehendaki si iblis.
Sebagai anak-anak Allah, hari ini kita juga dapat mengalami pencobaan yang sama seperti yang dialami Tuhan Yesus.
“Jika engkau anak Allah, seharusnya engkau dengan mudah bisa mendapatkan pekerjaan.”
“Jika engkau anak Allah, mengapa hidupmu begitu susah dan menderita seperti ini?”
“Jika engkau anak Allah, seharusnya engkau diberkati dengan berlimpah.”
“Jika engkau anak Allah, mengapa engkau bisa mengalami penyakit seperti ini?”
“Jika engkau anak Allah” ini didengungkan oleh si pencoba untuk membuat anak-anak Allah terkecoh mempertanyakan keilahian-Nya dan pada akhirnya meninggalkan Allah. Menjawab perkataan si pencoba, Tuhan Yesus menjawab “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Sebagai manusia, tentunya kita membutuhkan “roti” atau makanan untuk bisa bertahan hidup. Dan untuk bisa makan inilah kita perlu bekerja dan berusaha. Namun Tuhan Yesus mengatakan bahwa hidup manusia bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Artinya, walaupun kita perlu bekerja untuk bisa makan, namun sebagai anak-anak Allah, mengejar hal jasmani bukanlah fokus hidup kita. Yang lebih penting yang perlu menjadi fokus hidup kita adalah bagaimana kita dapat hidup sesuai dengan firman Allah.
Jadi bagaimanakah kita menyatakan status sebagai anak-anak Allah? Menjadi anak-anak Allah, sesungguhnya bukan ditentukan dari berapa banyak berkat jasmani yang kita dapatkan dari Allah, tetapi bagaimana kita dapat hidup sesuai dengan firman yang keluar dari mulut Allah.
Hari ini, kita mau belajar dari Tuhan Yesus, sebagai anak-anak Allah, kita mau lebih mengejar kehendak Allah daripada mengejar berkat jasmani. Berdoalah, bukan hanya memohon berkat-berkat jasmani, tetapi yang terpenting memohon agar Tuhan membantu kita agar dapat hidup menurut firman-Nya. Dengan demikianlah kita menjadi anak-anak Allah yang sejati.