SAUH BAGI JIWA
“Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.” (Mat 2:16)
“Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.” (Mat 2:16)
Bacaan : Mat 2:16-18
Ketika Raja Herodes menyadari dirinya telah diperdayakan oleh orang-orang Majus, ia menjadi sangat marah. Dalam kegeramannya, Herodes berusaha membunuh Yesus dengan membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yang berusia dua tahun ke bawah. Kemarahannya membawa petaka dan kesedihan bagi banyak orang. “Rahel menangisi anak anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.” (Mat 2:18)
Melalui Herodes, Iblis ingin menggagalkan rencana penyelamatan Allah. Dengan cara yang licik dan kejam, Iblis berusaha dengan membunuh Yesus, sang Mesias yang dijanjikan. Dan Iblis menggunakan kemarahan Herodes untuk menjalankan rencananya. Dalam kemarahanlah, Herodes akhirnya melakukan hal yang sangat keji, membunuh semua anak-anak kecil yang tidak bersalah.
Seperti yang dikatakan Yakobus, “sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.“ (Yak 1:20). Demikianlah kemarahan juga menguasai Kain sehingga akhirnya ia membunuh Habel. Dalam kemarahan, Esau menaruh dendam kepada Yakub dan ingin membunuhnya. Dalam kemarahan, Nebukadnezar membuat perapian tujuh kali lebih panas dari biasa, untuk membakar mati Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Dalam kemarahan, orang-orang Yahudi juga berusaha membunuh Yesus dan para rasul-Nya.
Mengetahui bahwa dalam kemarahan, setiap orang tidak dapat lagi berpikir dengan jernih dan mudah sekali berbuat dosa, Paulus menasihatkan jemaat di Efesus untuk sesegera mungkin membuang amarahnya. “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” (Ef 4:26-27). Demikian pula pemazmur mengingatkan, “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.” (Maz 37:8)
Marah, sama sekali tidak ada manfaatnya bagi kita. Marah hanya akan membuka kesempatan bagi Iblis untuk mencelakakan kita berbuat dosa. Karena itu, hari ini kita mau belajar untuk menguasai diri kita, tidak mudah menjadi marah, menjadi orang yang lebih sabar. Seperti yang dinasihatkan Paulus, “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kol 3:13).
“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” (Ams 16:32). Haleluya !