SAUH BAGI JIWA
“ Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam “ Matius 1 : 19
“ Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam “ Matius 1 : 19
Bacaan : Mat 1:18-20
Orang yang tulus hati adalah orang yang bersih hatinya, jujur, tidak pura-pura, dan ikhlas. Apa yang dilakukannya benar-benar keluar dari hati yang suci. Tidak ada motivasi tersembunyi ketika melakukan kebaikan. Dia akan dengan rela menolong orang lain, tanpa pernah mengharapkan balasannya. Dia juga tidak akan menghitung-hitung berapa banyak kebaikan yang pernah ia lakukan. Bahkan, dia rela dirinya dirugikan demi membantu sesamanya. Dia juga tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Sebaliknya, dia akan membalas kejahatan dengan kebaikan.
Dalam kisah kelahiran Tuhan Yesus yang kita baca hari ini, mencatatkan bahwa Yusuf adalah seorang yang tulus hati. Saat itu, Yusuf belum mengetahui bahwa bayi yang dikandung Maria adalah dari Roh Kudus. Mengetahui Maria sedang mengandung, sedangkan mereka masih bertunangan dan belum hidup sebagai suami istri, Yusuf yang tulus hati tidak ingin mencemarkan nama Maria di depan umum.
Menurut hukum Taurat, “Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan–jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati.. “ (Ul 22:23-24). Karena ketulusan hatinya, dia tidak ingin hal yang buruk ini terjadi pada Maria. Sehingga Yusuf mempertimbangkan untuk menceraikannya secara diam-diam.
Setelah itu, Malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata : “Jangan engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang didalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.“ (Matius 1 : 20)
Pernahkan saudara bertemu dengan seorang yang tulus hati? Beberapa kali saya menjumpai orang-orang yang tulus hati, yang dengan penuh kasih dan tulus ikhlas menolong saya. Mengenang kebaikan mereka, saya masih bisa merasakan kehangatan sampai saya menitikkan air mata. Demikianlah ketulusan hati seseorang, yang dinyatakan melalui kebaikan, dapat menyentuh orang-orang yang menerimanya.
Pemazmur mengatakan “Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya“. (Mazmur 72 : 1). Allah menyukai orang-orang yang tulus hati. Allah berkenan kepada orang-orang yang bersih hatinya.
Menjadi orang yang tulus hati, kita mau membuang segala niat jahat, dendam, iri hati, kegeraman, dan semua yang kotor dari dalam hati kita. Dan kita isi hati kita dengan segala yang baik, yang benar, yang mulia, yang adil, yang suci, dan segala macam kebajikan. Dengan demikian kita dapat menjadi orang yang tulus hati, seperti Yusuf yang dikenan oleh Allah.
Haleluya!