SAUH BAGI JIWA
“Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.” (Amsal 19:17)
“Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.” (Amsal 19:17)
Manusia diciptakan oleh TUHAN, bagaimana mungkin bisa meminjamkan sesuatu kepada Penciptanya sebagai piutang? TUHAN menciptakan segala sesuatu, masihkah Dia memerlukan sesuatu dari manusia? Apa yang bisa manusia berikan kepada-Nya menjadi piutang?
Tetapi Alkitab justru mengatakan, manusia bisa memiutangi TUHAN! Apa yang bisa diberikan yaitu menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, jadi kalau kita menolong orang-orang miskin, yang tidak berdaya, berarti kita memiutangi TUHAN, dan Ia pasti akan melunasi-Nya.
Kita berada di zaman yang paling makmur dalam sejarah manusia, kebanyakan orang sudah tidak kekurangan secara materi, tetapi rohani mereka masih sering haus dan lapar. Banyak yang depresi, sedih, sendirian, putus asa, kekurangan, susah hati; iri hati, benci, tidak puas, marah, membanding-bandingkan, dan racun-racun jiwa lainnya, semuanya bergolak hebat di dalam batinnya, tidak dapat tersalurkan, tidak ada jalan keluar, membuat mereka berpikir mengakhiri hidupnya sendiri.
Sedangkan anak-anak Allah setiap hari dilingkupi kasih Tuhan, maka kita perlu menyalurkan kasih karunia ini kepada mereka yang belum mengenal Tuhan. Bila kita lakukan hal ini, berarti kita menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, kita memiutangi TUHAN.
Tuhan berjanji: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” (Yohanes 7:38), namun banyak orang mengatakan, dia tidak merasakan ada aliran air hidup mengalir dalam hatinya. Hal ini disebabkan karena hanya ada yang masuk, tidak ada yang keluar, hanya menerima, tidak memberi. Aliran air memerlukan ada air yang masuk dan air yang keluar. Bila hanya ada air masuk, tetapi tidak ada air yang keluar, maka akan terjadi genangan yang keruh dan berbau.
Kita ikut kebaktian, membaca Alkitab dan berdoa, adalah menerima air hidup rohani, tetapi air hidup ini tidak boleh hanya menumpuk di dalam diri sendiri, harus disalurkan juga kepada mereka yang jasmani atau rohaninya lemah, dengan demikian baru terjadi aliran yang berguna. Karena itu marilah kita banyak melakukan pekerjaan kudus, banyak memberitakan Injil, banyak bersaksi, banyak membesuk menghibur jemaat atau mereka yang mencari kebenaran, banyak melakukan pelayanan, maka air hidup yang ada di dalam diri kita akan mengalir keluar. Ada Air yang masuk dan ada yang keluar adalah aliran air hidup yang benar, yang berfaedah buat diri kita dan orang lain.
Murid-murid di hari Pentakosta dipenuhi Roh Kudus, mereka mendapat kuasa dari Roh, tetapi mereka tidak terus tinggal di ruang atas itu untuk membahas firman, melainkan keluar dari ruang atas itu, memberitakan Injil ke mana-mana, sekalipun untuk itu mereka harus membayar mahal, sampai ada yang menjadi martir bagi Tuhan.
Firman Tuhan Yesus sungguh menjadi aliran air hidup di dalam hati mereka. Sejak itu lahirlah agama Kristen, mereka menyebarkan kasih Kristus ke seluruh dunia, mengubah sejarah manusia yang tidak berpengharapan!