SAUH BAGI JIWA
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1Kor. 13:13)
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1Kor. 13:13)
Banyak orang suka menyebutkan kata ‘kasih’ di bibirnya, demikian juga khotbah di atas mimbar sering membahas tentang kasih. Hanya saja, berapa banyak orang yang dapat sungguh-sungguh melakukan kasih? ‘Kasih’ tidak cukup menjadi buah bibir saja, baik dalam mengasih Tuhan maupun mengasihi sesama manusia. Kasih harus dinyatakan dalam perbuatan, sekalipun untuk itu harus menderita sengsara.
Biasanya orang hanya mengasihi sesuatu yang menurutnya patut dia kasihi, seperti kecantikan lahiriah, orang yang dia sukai, yang pintar, baik terhadapnya, yang menguntungkannya. Sedangkan yang buruk rupa, yang tidak disukai, bodoh, tidak baik terhadapnya, yang merugikan, orang akan sulit mengasihinya.
Tetapi firman Tuhan Yesus: “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?” (Mat. 5:46-47) Jadi, bila kita merasa kasih kita lebih besar dari pada pemungut cukai dan orang yang tidak mengenal Allah, kita harus mengasihi orang yang tidak kita sukai, dan memberi salam kepada orang yang bukan saudara kita. Kalau tidak, apa lebihnya kita dari perbuatan orang lain?
Penatua Yakobus mengatakan: “Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yak. 2:15-17) Maksudnya, kita tidak cukup hanya mengucapkan ‘selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang’, tetapi tidak ada memberikan apa yang dia perlukan kepadanya. Kasih seperti ini dan iman seperti ini adalah mati karena hanya buah bibir saja dan tidak disertai dengan perbuatan.
Saya suka ayat di
Seorang yang hatinya tidak memiliki kasih tetapi berbicara tentang kasih, itu sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing: suaranya memang keras, tetapi hanya membuat orang kesal. Sebanyak apa pun hikmat dan kekuatan rohaninya tidaklah berguna apabila dia tidak mempunyai kasih. Sekalipun dia membagi-bagikan segala miliknya, itu pun tidak ada faedahnya bagi dirinya apabila dia tidak mempunyai kasih!