SAUH BAGI JIWA
“TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.” (Mzm. 103:8-10)
“TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.” (Mzm. 103:8-10)
Allah pengasih selalu memakai kaca pembesar melihat kelebihan kita: asalkan kita melakukan sedikit kebaikan, Dia akan memperbesarnya berlipat-lipat dan selalu mengingatnya; Dia selalu mencari alasan untuk memberkati kita. Sekali pun kita sering melakukan kesalahan, Dia lebih suka menutup sebelah mata tidak membalas setimpal dengan kesalahan kita. Hanyalah bila terpaksa menghajar, Dia akan melihat kekurangan kita dengan kaca pengecil, mengecilkan kekurangan kita berlipat-lipat, panjang sabar menanti kita bertobat, maka Dia akan membuka tangan-Nya menyambut pertobatan kita.
Kitab Roma menuliskan tentang Abraham: “Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.” (Rm. 4:19-22)
Penuturan Kitab Roma tentang iman Abraham adalah seolah-olah Abraham percaya penuh akan janji Allah, bahwa Allah akan memberi dia seorang anak. Tetapi kalau kita mempelajari Kitab Kejadian, kita akan menemui, ternyata iman Abraham tidaklah sesempurna itu. Hanya karena Allah melihat kelebihannya dengan kaca pembesar, maka imannya diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Sebenarnya pada waktu Abraham berusia 99 tahun sewaktu Allah untuk kedua kalinya menampakkan diri kepadanya, dan memberitahu dia akan memperoleh seorang anak dari Sara, Abraham tidak percaya dan tertawa serta berkata dalam hatinya: “Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?” Dia pun berkata kepada Allah: “Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!” Allah segera mengoreksi ketidakpercayaannya; Allah berfirman: “Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak.”
Selang beberapa waktu kemudian, Allah sekali lagi menampakkan diri kepada Abraham dan berfirman bahwa tahun depan Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki. Sara yang mendengarkan pada pintu kemah dan tertawa dalam hatinya, katanya: “Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?”. Rupanya Sara pun tidak percaya dia akan melahirkan anak!
Jadi, Abraham dan Sara yang menantikan seorang anak selama 24 tahun sampai terkikis iman mereka. Tetapi Kitab Roma masih melukiskan Abraham percaya penuh akan janji ini. Allah sungguh melihat kelebihan Abraham dengan kaca pembesar. Demikian pula Allah akan melihat kita! Kasih Tuhan yang penyayang sungguh panjang lebar tinggi dan dalam, Dia sama sekali tidak memperhitungkan kekurangan kita yang lemah dan kurang percaya ini!
“Examining Clouds” by katerha is licensed under CC BY