SAUH BAGI JIWA
“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka TUHAN, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” (Roma 12:19)
“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka TUHAN, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” (Roma 12:19)
Miryam dan Harun adalah kakak perempuan dan kakak laki-laki kandung Musa, mereka iri kepada Musa dan ingin merebut kekuasaan, lalu mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya menjadi isteri. Kita bisa bayangkan betapa getir dan sedih hati Musa.
Tetapi karena Musa sudah dilatih oleh TUHAN selama 40 tahun di padang belantara, sifat-sifat tajamnya sudah TUHAN kikis habis. Maka, walaupun hatinya sedih oleh fitnah dari kakak-kakaknya itu, dia tetap bersikap tenang, dia bukan saja tidak bertengkar dengan mereka, bahkan tidak menuntut pembalasan dari TUHAN.
Dia hanya berdiam saja menanti perkara ini lewat, dia tahu bila dia bertengkar dengan mereka, keadaan akan semakin panas dan semakin salah paham, mereka akan jatuh ke dalam jerat cobaan Iblis. Apa lagi posisi mereka bertiga adalah pemimpin umat, kalau timbul perselisihan di antara mereka, tentu akan merugikan bangsa Israel.
Karena itu Musa memilih berdiam diri, dia tidak membela diri, juga tidak menuntut pembalasan. Karena sikapnya rela terhina ini, TUHAN lalu segera berbicara membela dia. TUHAN turun dalam tiang awan dan berfirman kepada Harun dan Miryam: “Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?” (Bilangan 12:8) Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergi, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju.
Sikap diam Musa dalam menghadapi fitnah patut menjadi teladan bagi kita. Dalam kehidupan, kita pasti mengalami ketidak-adilan. Tatkala mengalaminya, janganlah menuntut pembalasan, karena semakin kita mau membersihkan diri, akan semakin dalam tenggelam dalam ketidak-adilan, semakin kita mengeluh kepada orang, semakin pedih jadinya hati kita. Bila kita menuntut pembalasan atau membela diri kepada orang, semakin lambat keadilan dari Tuhan datang. Sebaliknya bila kita tidak menuntut pembalasan tidak mengeluh kepada orang, keadilan Tuhan akan semakin cepat datang.
Di dunia ini, tidak ada orang kecuali Tuhan, yang peduli akan ketidakadilan yang kita derita, hanya Tuhan yang akan memberi keadilan yang kita nanti-nantikan. Karena Tuhan berfirman: “Dengan demikian kebenaran telah hilang, dan siapa yang menjauhi kejahatan, ia menjadi korban rampasan. Tetapi TUHAN melihatnya, dan adalah jahat di mata-Nya bahwa tidak ada hukum.” (Yesaya 59:15), “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.” (Yeremia 17:9-10) Hendaklah kita percaya, keadilan dari Tuhan pasti akan datang!
“Flowers” by Infomastern is licensed under CC BY-SA