SAUH BAGI JIWA
“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yak. 1:12)
“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yak. 1:12)
Yesus adalah Allah, Dia tidak perlu menguji diri sendiri. Tetapi Dia mau memberi teladan bagi kita agar menang dengan bersandar kepada Tuhan, maka Dia membiarkan diri-Nya dicobai oleh Iblis. Ini menyadarkan kita, bahwa orang yang mengasihi Allah juga bisa dicobai oleh Iblis. Dan untuk mengalahkan pencobaan Iblis, kita tidak boleh mengasihi dunia, melainkan hanya mengasihi firman Allah; tidak menuruti keinginan daging, melainkan hanya mengikuti kehendak Allah.
Pencobaan berasal dari Iblis, bukan dari Allah. Alkitab tertulis: “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat!” (Yak. 1:13-16)
Allah menghendaki kita tidak sesat, sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Apabila seseorang dicobai, ia dicobai oleh keinginannya sendiri yang menyeret dan memikatnya, jadi bukan dari Allah. Allah hanya akan menguji kita, tidak mencobai kita. Ujian berasal dari Allah, sama sekali tidak mengandung unsur jahat, sedangkan pencobaan berasal dari Iblis yang penuh dengan maksud jahat.
Sayangnya, ketika Allah menguji seseorang, tanpa sadar orang itu digerakkan oleh keinginan dagingnya masuk ke dalam pencobaan Iblis. Dia masih menganggap dirinya dekat dengan Allah, tetapi sesungguhnya rohnya sudah jauh dari Allah. Ada pula orang sadar bahwa dia sedang dicobai Iblis, tetapi karena hajaran Allah tidak juga kunjung datang, maka dia mengeraskan hati dan menutup telinganya dari firman Allah; dia terus melangkah di jalan yang salah, sampai akhirnya hajaran Allah menimpa dia, terlambat sudah untuk menyesal.
Iblis yang licik tahu benar hati manusia, dia tahu bahwa sekarang ini jebakan dengan menggunakan kekayaan, pesta pora, lawan jenis, kesenangan di dalam dosa, tidak lagi ampuh menjerat orang yang mengasihi Tuhan. Maka dia menggunakan cara lain, yaitu dengan ajaran yang menyesatkan, filsafat atau pengetahuan modern, iman yang goyah, kesombongan, menarik orang dari ujian Allah ke dalam pencobaan Iblis.
Hal ini tentu sangat disayangkan. Tadinya Allah menguji kita agar kita menjadi emas murni, tetapi keinginan daging membuat diri kita masuk ke dalam pencobaan Iblis. Jadi ujian yang kita terima, apakah itu ujian yang dari Allah, atau merupakan pencobaan dari Iblis, diri kita sendirilah yang tahu! Kalau kita tidak membiarkan keinginan daging menguasai diri kita, ujian tidak akan berubah menjadi pencobaan. Maka setelah kita tahan uji, kita akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.