SAUH BAGI JIWA
“Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun. Maka kata Pilatus kepada-Nya: “Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?” Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran.” (Mat. 27:12-14)
“Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun. Maka kata Pilatus kepada-Nya: “Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?” Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran.” (Mat. 27:12-14)
Allah kita adalah Tuhan Pencipta langit bumi dan segala isinya, termasuk manusia. Sewaktu Tuhan Yesus dihakimi oleh orang dunia dengan berbagai tuduhan, saksi palsu, fitnah, desas desus, penyelewengan, pemukulan, penganiayaan, sewaktu tidak ada sedikit pun terang dan keadilan, Dia hanya berdiam diri tidak bersuara, berdiri di depan orang-orang yang rusuh berteriak-teriak.
Sebenarnya Dia dapat menggunakan kuat kuasa-Nya, cukup dengan satu pandangan mata, atau dengan satu hardikan, atau satu tiupan nafas, orang-orang yang tidak tahu diri itu jatuh tersungkur dan tewas di depan kaki-Nya. Tetapi Dia memutuskan untuk taat kepada kehendak Allah Bapa. Dia rela menerima tuduhan dengan tidak membela diri, menerima ketidakadilan dengan diam tidak bersuara, menerima semua pukulan dengan tidak membalas sedikit pun, menerima penderitaan teramat sangat dan tidak menghindarnya. Menghadapi penghakiman Pilatus, Dia tidak memakai kesempatan untuk membela diri, Dia diam saja tidak bersuara, tidak memberi jawaban apa pun, membiarkan khalayak itu memfitnah dan menghina-Nya sesuka hati.
“Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” (Yes. 53:7) Lihatlah, Anak Domba Allah menghadapi pengadilan dunia yang paling tidak adil, hanya berdiam diri tidak bersuara, taat sampai mati. Dengan demikian Dia mengalahkan kuasa maut, membawakan kehidupan baru bagi manusia ciptaan-Nya, dan bagi orang dunia yang menyalibkan-Nya.
Adegan Tuhan Yesus berdiam diri tidak bersuara menghadapi tuduhan keji yang tidak berdasar itu, apakah terpateri dalam lubuk jiwa kita? Apakah kesabaran-Nya menjadi teladan yang sangat baik bagi kita? Bila suatu hari dalam hidup ini kita mengalami keadaan serupa, apakah kita bisa meneladani Tuhan Yesus, diam tidak bersuara menunggu Allah bersuara untuk kita, membiarkan Allah membela kita?
‘Diam’ adalah kekuatan yang luar biasa, bukan takut, bukan lemah, bukan juga melarikan diri. Diam menunjukkan ketenangan di dalam batin, ada damai sejahtera di dalam hati, adalah ketenangan dan ketentraman yang berasal dari Allah. Bila kita memiliki kekuatan dalam berdiam diri, kita akan dapat dengan tenang menghadapi jahatnya dunia dan terlepas dari cengkeramannya.