SAUH BAGI JIWA
“Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” (Markus 7:15)
“Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” (Markus 7:15)
Saya suka sekali piknik ke padang rumput di kaki pegunungan Yang Ming sewaktu masih di Taiwan, setiap kali menginjakkan kaki di hamparan rumput luas yang tak terlihat ujungnya, turun naik mengikuti kontur tanah bergelombang, berlatar-belakang langit biru dengan awan putih, suasana hati serasa lepas terbang tiada beban. Yang kurang hanyalah satu saja, yaitu kotoran sapi berserakan di mana-mana, jadi harus hati-hati berjalan jangan sampai terinjak, itu akan menjadi penyesalan seumur hidup.
Semua orang merasa jijik terhadap tahi yang kotor dan bau, dan sedapat mungkin menghindarnya. Herannya ada seorang yang berkata kepada saya: ‘Kenapa orang membenci kotoran? Bukankah tahi itu adalah sisa pencernaan makanan yang masuk ke dalam perut? Kenapa merasa kotor dan bau lalu menjauhinya? Sesungguhnya tahi itu adalah bagian dari proses makanan yang dimakan bukan?’
Ya memang, bukankah Tuhan Yesus sendiri pernah mengatakan kepada murid-murid-Nya, bahwa makanan yang dari luar masuk ke dalam perut tidak dapat menajiskan orang, karena tidak masuk ke dalam hatinya, hanyalah masuk ke dalam perutnya, dan akhirnya dibuang di jamban. Tetapi yang keluar dari dalam hati orang itulah yang menakutkan. Dari hati timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang. (Markus 7:18-23)
Zaman sekarang ini setiap hari selalu terjadi banyak kebobrokan, kejahatan, umbar hawa nafsu, percabulan, perbuatan sadis, dan sebagainya, bukankah semuanya adalah berasal dari pikiran jahat yang keluar dari dalam hati? Seperti kata Tuhan Yesus, ‘apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.’, yang dapat melukai dan membuat baik diri sendiri maupun orang lain menderita.
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23). Apa yang dipikirkan di dalam hati, itulah yang akan dilakukan orang. Karena itu kita harus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, jangan biarkan pikiran jahat menguasai kita. Iblis selalu memanfaatkan pikiran jahat, membuat orang menjauhkan diri dari Allah, dari kebaikan, dari damai sejahtera, dari kebenaran, dan dari keadilan.
Janganlah menganggap bahwa najis di dalam hati, karena tersembunyi, tidak dapat diketahui orang lain. Sesungguhnya Allah tahu semuanya: “Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.” (Pengkhotbah 12:14) Jadi hai anak-anak Allah, segeralah singkirkan najis di dalam hati dengan bersandar pada Roh Kudus! Ingatlah, tidak seorang pun yang dapat menghindar dari pengadilan Allah.