SAUH BAGI JIWA
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yoh. 13:34)
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yoh. 13:34)
Pembunuhan pertama dalam sejarah manusia terjadi pada Habel, anak Adam, yang dibunuh oleh Kain, kakaknya sendiri. Motif pembunuhan ini sangat sederhana, yaitu Kain iri hati karena persembahan Habel berkenan kepada Allah, sedangkan persembahannya tidak diindahkan Allah. Bukannya memeriksa diri sendiri, Kain malah membunuh adiknya yang seakar sekeluarga, hal ini membuat kita merinding.
Sepuluh kakak Yusuf juga merasa iri kepada Yusuf karena ayah mereka lebih mengasihi Yusuf, maka mereka bersama-sama mau mencelakai Yusuf. Walaupun kejadian ini tidak lepas dari perbuatan ayah mereka yang pilih kasih, tetapi perbuatan mereka mencelakai Yusuf tanpa belas kasihan sungguh membuat kita bergidik juga.
Saudara sekandung saja sulit untuk saling mengasihi, apalagi orang luar yang tidak memiliki hubungan keluarga, tentu akan lebih sulit untuk saling mengasihi. Tetapi Tuhan telah memberikan perintah baru kepada kita yaitu agar kita saling mengasihi, sama seperti Tuhan telah mengasihi kita.
Kita adalah anak-anak Allah, walaupun secara lahiriah kita tidak ada hubungan keluarga, tetapi di dalam roh kita adalah seakar sekeluarga. Jadi hendaklah kita saling mengasihi sama seperti saudara yang seakar sekeluarga. Kita sama sekali tidak boleh saling iri, saling dengki, saling bersaing. Kita semua adalah anggota keluarga Allah, masing-masing mempunyai talenta yang berbeda-beda. Maka kita harus saling membantu saling mengagumi, dalam segala hal kita menganggap orang lain lebih utama dari kita. Dengan demikian, kita akan mampu menyingkirkan perasaan iri hati, dengki dan benci, yang bisa berkembang menjadi niat mencelakai dia.
Zaman Tiongkok dahulu, ada seorang jendral yang bernama Cao Chao, putranya yang bernama Cao Ce adalah seorang terpelajar yang pintar dan cerdik, sementara Cao Pei, kakaknya, selalu iri kepadanya. Kemudian ketika Cao Pei menjadi raja, dia menyuruh adiknya membuat satu syair dalam tujuh langkah kaki, bila gagal maka adiknya itu akan ia bunuh. Untunglah Cao Ce yang pandai berhasil menggubah satu syair, dan arti syair itu adalah: “kacang direbus dengan api dari kulit kacang, kacang menangis di dalam kuali; sama-sama seakar sekeluarga, mengapa tega saling mencelakai?”. Mendengar syair itu Cao Pei menjadi malu dan tidak jadi membunuh adiknya itu.
Saya sudah percaya kepada Tuhan selama lebih dari 20 tahun. Dari pengamatan saya, hampir semua perselisihan yang terjadi di gereja tidak lain timbul karena iri hati. Karena itu kita harus dengan serius mengawasi dan menyingkirkan iri hati dalam diri sendiri, agar gereja bebas dari perselisihan.
Iri hati sering kali menjadi cara Iblis yang paling ampuh untuk merusak persaudaraan seiman, sama seperti dahulu Iblis membuat Kain membunuh Habel, membuat kakak-kakak Yusuf mencelakai Yusuf. Sebagai anak-anak Allah, kita adalah sekeluarga! Mengapa harus saling mendesak saling merusak? Musuh kita bukanlah saudara seiman, melainkan Iblis yang tidak kelihatan. Marilah kita bersatu hati melawan muslihat Iblis, jangan saling iri hati mencelakai saudara seiman dan menghambat pekerjaan kudus gereja.
Kiranya kita dapat saling mengasihi agar Allah berkenan dan Iblis geram, janganlah saling iri saling benci membuat Allah sedih dan Iblis bergembira.
“Crouching Lion” by Gunn Shots ! is licensed under CC BY