SAUH BAGI JIWA
“Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.” (Yak. 3:6)
“Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.” (Yak. 3:6)
Seorang raja Tiongkok zaman dahulu yang bernama Liu Pei menulis surat wasiat kepada anaknya, di antaranya berisi: ‘janganlah lakukan kejahatan yang dianggap kecil, janganlah berhenti lakukan kebaikan yang dianggap kecil.’ Ini mengingatkan orang yang mau berbuat baik agar lakukan dari yang kecil-kecil dulu, sedikit-sedikit menjadi bukit, akhirnya dapat melakukan kebaikan besar. Sebaliknya dalam menghadapi kejahatan, cegahlah dari yang kecil-kecil agar jangan menjadi kebiasaan yang mematikan nurani (1Tim. 4:2).
Penyakit yang biasanya menjangkiti orang adalah keinginan untuk berbuat kebaikan besar agar namanya harum, tetapi mengabaikan kebaikan-kebaikan kecil yang hanya memberikan secangkir air sejuk. Sebaliknya dengan kejahatan yang tidak kasat mata, seperti menghakimi orang lain, berkata sembrono, menyebarkan fitnah, orang justru tidak waspada.
Saudara, janganlah anggap enteng dosa kecil yang dilakukan lidah dengan mengeluarkan kata-kata tidak benar. Lidah adalah api, bila lidah berulah melakukan kejahatan, ia akan menyebabkan daya rusak yang luar biasa, pada akhirnya semua ucapannya akan menjadi dasar penghakiman di akhir zaman.
“Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.” (Yak. 3:5-8)
Hai anak-anak Allah! Janganlah biarkan lidahmu membakar hutan yang besar. Perkataan yang jahat keluar dari hati yang jahat, karena itu jangan ucapkan sepatah pun perkataan jahat yang bisa melukai orang dan berdosa kepada Allah. “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Ef. 4:29). “Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.” (Ams. 21:23)
“Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.” (Yak. 3:9-10) Biarlah kita menggunakan lidah kita untuk memuji dan bersyukur kepada Allah Bapa. Jangan menggunakannya untuk mengutuk manusia, dengan demikian kita akan berkenan kepada Allah.