SAUH BAGI JIWA
“Yehuda memeriksa barang-barang itu, lalu berkata: “Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku.” Dan ia tidak bersetubuh lagi dengan perempuan itu.” (Kej. 38:26)
“Yehuda memeriksa barang-barang itu, lalu berkata: “Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku.” Dan ia tidak bersetubuh lagi dengan perempuan itu.” (Kej. 38:26)
Seorang janda ingin mendapat keturunan bagi keluarga suaminya, maka dia mengambil kesempatan sewaktu mertua laki-lakinya berada di sekitar kediamannya, dan berpura-pura menjadi pelacur, membujuk mertuanya itu tidur dengannya, sehingga ia pun mengandung. Hal ini terjadi pada menantu Yehuda yang bernama Tamar. Entah berapa banyak orang yang dapat memaklumi kejadian ini.
Menurut norma pada umumnya, perbuatan Tamar bukanlah perbuatan yang terhormat. Tetapi yang mengherankan, Alkitab sama sekali tidak mengatakannya sebagai dosa yang melanggar akhlak. Sebaliknya, Alkitab mencatat perkataan Yehuda, mertuanya itu: “perempuan itulah yang benar!”. Tentu di dalamnya mengandung pengajaran rohani penting yang perlu kita selidiki.
Allah mengakui perbuatan Tamar karena tahu motivasi di dalam hatinya bukanlah untuk mengumbar nafsu jasmani, melainkan untuk mendapatkan keturunan sesuai dengan janji Allah. Perbuatan Tamar ini didorong oleh keyakinannya kepada Allah. Lagipula, ini semua terjadi karena Yehuda ingkar janji kepadanya untuk memberikan Syela sebagai suaminya dan meneruskan keturunan Yehuda sendiri.
Tamar berasal dari bangsa bukan Yahudi. Setelah menikah, ia masuk ke dalam keluarga bangsa pilihan. Tentunya ia merasa lebih baik untuk mengikuti keluarga suaminya beribadah kepada Allah yang benar, daripada mengikuti keluarga asalnya yang menyembah berhala. Karena itu dengan polos dia percaya tentang kisah bagaimana nenek moyang keluarganya, Abraham, dipanggil menjadi umat pilihan Allah, dan bagaimana Allah berjanji keturunan nenek moyangnya akan menjadi berkat bagi seluruh bangsa di dunia.
Maka Allah keluarga suaminya menjadi Allah pribadinya. Dengan iman Tamar berharap melahirkan anak. Hanya saja harapannya pupus karena dua suaminya berturut-turut meninggal, sedangkan mertuanya tidak menepati janji akan memberikan dia kepada anak bungsunya sebagai suaminya yang ketiga. Tamar menyadari bahwa Yehuda adalah yang berhak mendapat berkat kesulungan dari nenek moyangnya, karena anak sulung Yakub yang bernama Ruben, sudah kehilangan hak ini karena perzinahan, sedangkan Lewi anak kedua, dan Simoen anak ketiga, juga tidak mendapatkan berkat ini karena dosa membunuh orang-orang Sikhem. Yusuf yang waktu itu paling berhak mendapat hak kesulungan, dianggap sudah mati. Maka Tamar dengan berani bertindak agar Yehuda memiliki keturunan meneruskan hak kesulungan itu.
Keyakinan Tamar membuat Allah memberkatinya sehingga ia menjadi nenek moyang Daud, dan dari keturunannya muncul raja-raja, termasuk Juruselamat Yesus Kristus. Tentulah Tamar tidak pernah terpikir akan hal yang terjadi di masa depan. Ia hanya melakukan apa yang ia anggap patut berdasarkan imannya kepada Allah.
Hari ini, bila kita melakukan apa yang patut berdasarkan iman kepada janji Allah, mungkin kita akan menemui banyak kesulitan, mungkin kita akan ditolak oleh orang lain, mungkin seumur hidup kita tidak juga menyaksikan berkat Allah. Tetapi percayalah, kita dan keturunan kita akan diberkati Allah, sama seperti Tamar.