SAUH BAGI JIWA
“Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran. Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan.” (Ams. 26:20-21)
“Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran. Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan.” (Ams. 26:20-21)
‘Pemfitnah’ dalam bahasa asalnya juga mengandung arti ‘pembisik kabar bohong’, ‘penggosip’. Sejak zaman Perjanjian Lama, Allah sudah berfirman kepada bangsa Israel: “Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar.” (Kel. 23:1), “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN.” (Im. 19:16). Jadi menyebarkan fitnah, atau kabar bohong, dan juga desas desus, gosip, baik karena ikut-ikutan, atau bersekongkol dengan orang jahat, atau karena suka pergi ke sana-sini melakukannya, semuanya itu dilarang oleh Allah.
Orang dahulu mengatakan, menghentikan fitnah, kabar bohong atau gosip, adalah perbuatan orang bijak. Maksudnya cara terbaik untuk menghentikannya adalah dengan tidak meneruskannya, tidak menyebarkannya, dan membiarkan kabar itu berhenti pada diri sendiri saja. Bila kita berbuat demikian, kita adalah orang bijak. Sebagai anak Allah, kita memiliki hikmat dari Allah, sudah semestinya kita menjadi orang bijak yang menghentikan fitnah dan gosip.
Ada seorang rekan kerja, setiap kali ada orang lain yang ‘berbaik hati’ mau menceritakan kepadanya rahasia seseorang, dengan pesan agar dia tidak menceritakannya ke orang lain, dia selalu menolak dengan halus mendengarkan rahasia seperti itu, dengan alasan dia tidak yakin dapat menjaga rahasia itu.
Saya salut kepada rekan kerja ini karena ia berhikmat ketika mendengarkan gosip atau desas desus. Kebanyakan orang suka mendengar gosip tentang orang lain, dan biasanya, walaupun sudah berjanji tidak meneruskannya, dia tetap akan sembarangan meneruskan dan menyebarkan gosip itu. Rekan kerja ini menolak mendengarkan gosip, lebih-lebih tidak mau ikut-ikutan menyebarkannya. Sebagai umat Kristen, terlebih lagi kita harus menjaga diri untuk tidak terlibat dalam meneruskan fitnah, kabar bohong, desas desus, atau gosip.
“Seperti sedap-sedapan perkataan pemfitnah masuk ke lubuk hati.” (Ams. 26:22). Bisikan gosip itu membuat orang yang mendengarkannya terperana, laksana makanan sedap yang masuk ke lubuk hatinya. Hendaklah kita menjadi orang bijak; sewaktu mendengar kabar burung, kita segera memadamkannya, jangan kita teruskan ke orang lain.
Orang yang suka gosip biasanya bergaul dengan sesama penggosip, sehingga dampak gosip itu menjadi berlipat ganda dan bisa tersebar ke seluruh dunia. Lebih jauh lagi, mereka bisa membentuk kelompok mencari keuntungan sendiri dan menimbulkan perselisihan. Dalam Alkitab tertulis: “Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut.” (Ams. 20:19). Ayat ini menyiratkan bahwa mereka yang mengumpat adalah para penggosip. Kita diingatkan untuk tidak bergaul dengan mereka. Bila kita tidak bisa menasihati mereka untuk berhenti menggosip, dan kita tetap bergaul dengan mereka, kita dapat terpengaruh sehingga ditinggalkan Allah. Alangkah ruginya kita.
“Dreaming of springtime” by Davide Gabino (aka Stròlic Furlàn) is licensed under CC BY-ND
“Serene Beach” by Darshan Simha is licensed under CC BY
“light Bulb” by Theo Crazzolara is licensed under CC BY
“Fire / Огонь” by Boris Kukushkin is licensed under CC BY-SA