SAUH BAGI JIWA
“Setelah malaikat yang berbicara kepadanya itu meninggalkan dia, dipanggilnya dua orang hambanya beserta seorang prajurit yang saleh dari orang-orang yang selalu bersama-sama dengan dia. Dan sesudah ia menjelaskan segala sesuatu kepada mereka, ia menyuruh mereka ke Yope.” (Kisah Para Rasul 10:7-8)
“Setelah malaikat yang berbicara kepadanya itu meninggalkan dia, dipanggilnya dua orang hambanya beserta seorang prajurit yang saleh dari orang-orang yang selalu bersama-sama dengan dia. Dan sesudah ia menjelaskan segala sesuatu kepada mereka, ia menyuruh mereka ke Yope.” (Kisah Para Rasul 10:7-8)
Kornelius adalah perwira pasukan Romawi dari pasukan Italia. Yang mengherankan, ia berasal dari bangsa bukan Yahudi, seorang perwira, tetapi ia percaya kepada Allah. Ia juga memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah. Seisi rumahnya pun takut akan Allah. Yang lebih hebat lagi, bukan saja kesalehannya kepada Allah, mempengaruhi seisi keluarganya, tetapi juga mengharukan seorang prajurit yang selalu melayaninya, sehingga prajurit ini menjadi seorang “prajurit yang saleh”.
Biasanya, hamba melayani tuannya, prajurit tunduk pada perintah atasan, dan mereka patuh karena wibawa dan kekuasaan tuan dan atasan. Tetapi jarang sekali mereka menjadi percaya kepada Allah yang disembah oleh tuan atau atasannya. Hal ini tentu terjadi karena mereka kagum pada perkataan dan perbuatan tuan atau atasannya. Kornelius dapat membuat prajuritnya ini menjadi saleh karena percaya kepada Allah, dan ini tentulah dikarenakan perkataan dan perbuatan Kornlius yang sejalan, bukan lain di kata lain di perbuatan.
Suatu hari, ketika Kornelius mendapat petunjuk dari malaikat melalui satu penglihatan, ia harus mengirim utusan untuk menemui Petrus. Ia tidak sembarangan mengirim dua atau tiga pesuruh, melainkan dua orang hambanya beserta seorang prajurit yang saleh dari orang-orang yang selalu bersama-sama dengan dia. Hal ini menunjukkan bahwa Kornelius sangat serius melakukan pesan malaikat, sampai-sampai prajurit yang diutus pun adalah prajurit yang saleh. Ini selaras dengan sikap salehnya dalam beribadah kepada Allah, yang sangat dihargai oleh orang banyak.
Jabatan Kornelius adalah perwira pasukan. Ini bukanlah jabatan yang tinggi, tetapi kesalehannya mempengaruhi prajuritnya sehingga juga menjadi saleh. Dari sini kita bisa mengetahui dan kagum pada kesalehan Kornelius dalam menyembah Allah, dan juga sikap ramahnya terhadap hamba dan anak buah. Bila tidak demikian, bagaimana mungkin seorang prajurit kecil di bawah pimpinannya terpanggil ikut beribadah kepada Allah?
Tuhan Yesus mengajarkan kita agar menjadi garam dan terang dunia, Dia berpesan kepada kita: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat. 5:16), Dia juga menasihati kita: “Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.” (1Ptr. 2:12)
Kiranya hidup kita juga bisa menjadi sebaik Kornelius, bukan saja diri kita sendiri menjadi saleh, tetapi juga mempengaruhi orang lain di sekitar kita, sehingga menjadi percaya kepada Allah.
“Dreaming of springtime” by Davide Gabino (aka Stròlic Furlàn) is licensed under CC BY-ND