SAUH BAGI JIWA
“Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni:” (Amsal 30:7)
“Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni:” (Amsal 30:7)
Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, dalam seumur hidup tentu tak terhitung banyaknya hal yang dimohonkan kepada Tuhan, bagaimana mungkin hanya dua hal? Namun, tidak peduli apapun yang pernah kita minta, dua permohonan dari Agur kepada Tuhan ini pasti tidak akan tertinggal, yaitu “Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” (Amsal 30:8-9)
Dunia ini penuh dengan kecurangan dan kebohongan, terutama ketika kedudukanmu berada di atas, maka semua orang akan menggunakan kecurangan dan kebohongan untuk menyenangkan hatimu agar kedudukannya memperoleh kenaikan. Dari zaman dahulu kala, Agur telah sangat memahami hal ini, maka dia mohon agar Tuhan menjauhkan dari padanya kecurangan dan kebohongan, agar dia tidak salah dalam menilai seseorang atau suatu hal.
Hal pertama yang harus dilakukan agar jauh dari kecurangan dan kebohongan adalah diri sendiri jangan menjadi orang yang penuh kecurangan dan kebohongan, dengan demikian secara alami kecurangan dan kebohongan tidak memiliki ruang untuk berada di dalam hidupmu. Jika engkau suka menjadi orang yang hidup di tengah kecurangan dan kebohongan maka tentu saja engkau tidak memiliki kekebalan terhadap kecurangan dan kebohongan.
Temanku yang belum percaya Tuhan pernah berkata kepadaku, “Hal yang dikejar dalam kehidupan hanyalah kesejatian, kebaikan, keindahan, dan yang paling penting bagi dirimu adalah kesejatian! Aku menyukai dirimu bukan karena engkau tidak memiliki kekurangan, sesungguhnya kekuranganmu masih cukup banyak, tapi aku menyukai dirimu karena engkau sangat sejati. Di zaman sekarang ini, sangat sedikit orang yang seperti dirimu!” Ya benar! Jika tidak ada kesejatian, maka kebaikan pun merupakan kebohongan, dan keindahan pun merupakan hal yang dibuat-buat. Kiranya seumur hidupku tekad ini tidak akan pernah berubah yaitu benci terhadap kecurangan dan kebohongan selama-lamanya.
Bukankah perihal “sejati” ini membuat Tuhan Yesus sangat memuji Natanael? Meskipun Natanael mengkritik kampung halaman Tuhan Yesus dengan berkata mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret? Namun Tuhan bukan hanya tidak menegur dia, sebaliknya bahkan memuji dia sebagai “seorang Israel sejati”!
Hal paling nyata yang harus dihadapi dalam kehidupan manusia adalah masalah kehidupan bermasyarakat. Tentang hal ini, Agur juga telah membuat permohonan kepada Tuhan, akan tetapi dia tidak seperti orang dunia yang pada umumnya menginginkan kekayaan. Dia hanya mohon Tuhan memberikan makanan yang menjadi bagiannya karena dia tidak mau mencuri, dia juga tidak mau kekayaan, dia hanya mau kecukupan.
Agur takut jika ia terlalu kaya, maka dalam kekenyangannya akan timbul kesombongan dalam hati, lupa bahwa segalanya adalah berkat dari Tuhan, dan tidak lagi mengakui Tuhan sebagai Allah pemberi berkat. Dia juga takut jika ia terlalu miskin, maka ia akan kehilangan moral sehingga mencuri dan mencemarkan nama Tuhan.
Dua hal yang Agur mohon menginspirasi kita untuk memohon hal yang sama kepada Tuhan. Agur yang hidup di zaman dahulu telah memiliki hikmat yang demikian dalam, kiranya kita belajar kepadanya dalam membuat permohonan kepada Tuhan!