SAUH BAGI JIWA
“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa”
“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa”
Pemazmur memberitahukan kepada kita bahwa jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan adalah jalan kehidupan. Ketika kita menjalani jalan tersebut, maka kita dapat menikmati sukacita berlimpah dan nikmat kekal yang dari Tuhan.
Bagaimana caranya agar kita dapat menikmati sukacita berlimpah dari Tuhan? Kita harus berada di jalan Tuhan dan menjalaninya. Seseorang yang pernah mengalami kuasa Tuhan, tetapi di dalam hatinya ia bersikeras untuk tidak percaya; maka pengalaman pribadi tersebut akan menjadi sia-sia.
Sebaliknya, seseorang yang beriman pada Tuhan, tetapi ia menolak untuk berjalan di jalan Tuhan ataupun melakukan ketetapan Tuhan; maka iman kepercayaannya pun menjadi sia-sia.
Iman kepercayaan kita kepada Tuhan perlu ditunjukkan dengan perbuatan—yaitu berjalan di jalan kehidupan yang telah diberitahukan Tuhan. Dengan demikian, iman kita dapat terus diperbaharui dan kita dapat merasakan sukacita yang dari Tuhan.
Tanpa pengalaman hidup—yaitu berjalan di dalam ketetapan-Nya—iman kita pun akan semakin lemah. Sebaliknya, semakin banyak pengalaman kita bersama Tuhan—semakin teguh kita melakukan ketetapan-Nya dan berjalan di jalan-Nya—maka iman kepercayaan kita pun semakin dikuatkan.
Nabi Elia, di dalam kitab
Penulis kitab
Mengapa mereka berdiam diri? Sebab bangsa Israel tidak ingin membuat pilihan. Jika mereka memilih Allah, maka mereka harus meninggalkan Baal. Akibatnya, mereka akan menjadi berbeda dari penduduk-penduduk di sekitar mereka dan terancam akan dikucilkan. Mereka tidak menginginkan kondisi yang demikian.
Tetapi jika mereka memilih untuk menyembah Baal saja, hati nurani mereka bergumul—sebab mereka tahu bahwa Tuhan Allah-lah yang memberkati mereka. Mereka tahu bahwa Tuhan Allah adalah Tuhan yang sesungguhnya. Itulah sebabnya mereka berdiam, tidak ingin memilih.
Kadang kala, kita merasa bahwa iman kita sedang lemah. Hal itu disebabkan bukan karena kita tidak mengenal Allah, melainkan karena kita berpijak di dunia tempat: jalan dunia dan jalan menuju keselamatan. Kita menginginkan yang terbaik dari keduanya—Tuhan dan juga dunia.
Padahal kita tahu bahwa Allah-lah yang telah memberkati dan memimpin serta melindungi perjalanan hidup kita. Namun, di sisi lain, kita masih mengingini kesenangan dunia dan kelimpahan yang ditawarkan oleh dunia dan dosa. Firman Tuhan memperingatkan bahwa kita tidak dapat menyembah pada dua tuan. Jika kita menolak untuk membuat pilihan dan tetap berpijak pada “dua perahu,” pada akhirnya iman kerohanian kita pun semakin lemah dan akan terjatuh dan dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak lagi merasakan sukacita dan nikmat yang dari Tuhan.