SAUH BAGI JIWA
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 02 Aug 2020
“TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” (Bilangan 14:18)
“TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” (Bilangan 14:18)
Allah walaupun berbelas kasihan dan suka mengampuni kesalahan dan pelanggaran manusia, tetapi Dia juga Allah yang adil yang tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman. Seorang bila berbuat dosa, walaupun dia mengaku dosa dan bertobat, dia tetap akan mendapat hukuman. Tetapi orang yang tidak mau mengaku dosa dan tidak bertobat, Allah akan membalaskan kesalahannya kepada dia, kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.
Saul setelah menjadi raja, bila dalam segala hal dia rendah hati dan taat, Allah tidak akan mengangkat Daud menggantikan dia; dan pada saat Saul selesai menjabat sebagai seorang raja, anak cucunya akan menggantikan dia menjadi raja. Hanya saja, karena Saul durhaka dan degil, Allah akhirnya mencampakkan dia, bukan saja dirinya sendiri celaka, anak cucunya juga terkena celaka.
Yonathan, anak Saul, adalah orang kedua setelah Yusuf yang tidak ada catatan negatifnya di dalam Alkitab. Yonathan sebagai orang baik ini mestinya mewarisi kedudukan raja ayahnya, tetapi karena dosa ayahnya, dia terseret dan akhirnya juga mati di tangan orang Filistin.
Mefiboset, anak Yonathan, sewaktu berumur lima tahun, tatkala kabar kematian Saul dan Yonathan di medan perang sampai ke istana, inang pengasuhnya membawa dia lari, karena terburu-buru, anak itu terjatuh sehingga menjadi pincang. Walaupun kemudian Daud memperlakukan Mefiboset dengan baik, tetapi hamba Mefiboset yang bernama Ziba, memfitnahnya di depan Daud yang akan melarikan diri, mengatakan bahwa Mefiboset berupaya merebut takhta kerajaan, maka setelah Daud kembali ke istana, dia menegor Mefiboset dan menyerahkan separoh kekayaannya kepada Ziba.
Mefiboset yang seharusnya juga mewarisi kedudukan raja, tetapi karena dosa kakeknya, kakinya menjadi pincang, bahkan difitnah oleh hambanya sehingga kehilangan harta kekayaan.
Perjalanan hidup Yonathan dan Mefiboset semestinya tidak setragis ini, tetapi karena dosa Saul, nasib mereka berubah menjadi kemalangan.
Mungkin ada orang mengutip kitab Yehezkiel yang tertulis: “Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya.” (Yehezkiel 18:20), kalau ini benar, mengapa Yonathan dan Mefiboset harus menanggung kesalahan Saul? Saya kira sebabnya adalah karena Saul sama sekali tidak bertobat atas dosanya. Bila Saul bertobat, anak cucunya tidak akan ikut menanggung kesalahannya.
Alkitab tertulis: “Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut-larut; Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah.” (2Samuel 3:1), ini adalah akibat dosa Saul yang menimpa keturunannya. Hendaklah sejarah menjadi pelajaran bagi umat Kristen hari ini, jangan beranggapan berbuat dosa akan diabaikan Allah, tidak akan dihukum Allah. Sebenarnya Allah sedang bersabar menanti engkau bertobat. Bila engkau masih berbuat jahat memandang ringan kesabaran Allah, murka Allah akan menimpamu dan akibatnya sungguh tak tertahankan!
“Dordogne Scenery” by vividmind.uk is licensed under CC BY