SAUH BAGI JIWA
“Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah Para Rasul 20:35)
“Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah Para Rasul 20:35)
Dalam bahasa Mandarin, kata “berbahagia” juga dapat berarti “berkat”. Semua orang di dalam dunia ini tentunya berharap untuk menerima banyak berkat. Mereka berpikir semakin banyak berkat yang diterimanya, akan membuat hidupnya semakin berbahagia.
Tetapi Alkitab berkata lain: “adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” Dengan kita banyak memberi justru akan membuat hidup kita berbahagia. Hal ini berlawanan dengan logika manusia. Menurut logika manusia, semakin banyak kita memberi, kita akan semakin dirugikan. Bagaimana mungkin orang yang dirugikan dapat berbahagia? Namun demikianlah di dalam Tuhan, dengan semakin banyak kita memberi, kita justru akan semakin berbahagia.
Dalam kitab Amsal dikatakan “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.” (Amsal 11:24-25).
Tuhan tidak akan pernah membiarkan orang yang suka memberi hidup dalam kekurangan. Siapa banyak memberi berkat akan diberi kelimpahan. Walau demikian, jangan sampai motivasi kita dalam memberi adalah agar kita mendapatkan lebih banyak berkat jasmani. Karena Tuhan Yesus berkata, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.” (Matius 6:19-20).
Jika kita hanya berpikir untuk mengumpulkan harta di dalam dunia ini saja, maka setelah kita meninggal, kita tidak akan membawa apapun dari dunia ini. Karena itu kita mau mengumpulkan harta di sorga, yaitu dengan lebih banyak memberi. Maka setelah kita meninggal, setiap perbuatan baik dan semua pemberian kita akan diingat oleh Tuhan. Yang dapat kita berikan, baik untuk Tuhan maupun sesama kita, tidak melulu harus dalam bentuk uang, tapi pemberian kita juga dapat berupa tenaga, waktu, kemampuan, dan lain sebagainya.
Tuhan tidak menghendaki kita menggenggam semua berkat yang kita terima hanya untuk kita nikmati sendiri. Tuhan menghendaki agar kita lebih banyak memberi dan menjadi berkat bagi orang lain.
Ada seorang saudari berbagi kesaksian. Walau dirinya sakit, namun setiap hari ia membantu saudari lain yang terkena kanker. Ketika dia berkorban, maka semakin besar sukacita yang ia rasakan. Semakin banyak memberi, semakin sukacita rasanya. Dia berkata bahwa depresi yang ada dalam dirinya mendapatkan kelegaan dan sakitnya dipulihkan oleh Tuhan seiring dengan dia membantu orang lain. Dan ternyata di saat dia “memberi”, dia “mendapatkan” berkat kesembuhan dari Tuhan.
Memberi juga dapat kita nyatakan dalam melakukan pelayanan dalam gereja. Banyak pekerjaan kudus di dalam gereja yang memerlukan pengorbanan kita. Paulus telah memberikan teladan kepada kita dalam memberi dan berkorban bagi pekerjaan Tuhan, bahkan Paulus memberikan hidupnya untuk pelayanannya kepada Tuhan.
Ketika kita mau memberi dan berkorban dalam pekerjaan Tuhan, maka Tuhan pun akan memberkati kita. Dan yang terutama, kita akan mendapatkan sukacita sejati yang dari Tuhan.