SAUH BAGI JIWA
“Segera sesudah kaki para imam pengangkat tabut TUHAN, Tuhan semesta bumi, berhenti di dalam air sungai Yordan, maka air sungai Yordan itu akan terputus; air yang turun dari hulu akan berhenti mengalir menjadi bendungan.” (Yosua 3:13)
“Segera sesudah kaki para imam pengangkat tabut TUHAN, Tuhan semesta bumi, berhenti di dalam air sungai Yordan, maka air sungai Yordan itu akan terputus; air yang turun dari hulu akan berhenti mengalir menjadi bendungan.” (Yosua 3:13)
Sewaktu Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, Allah memaklumi iman mereka masih lemah, maka sebelum mereka melalui Laut Merah, Allah lebih dahulu menyuruh Musa mengangkat tongkatnya membuat air laut terbelah, dengan demikian rakyat bisa berjalan di tanah kering melalui laut itu.
Setelah 40 tahun kemudian, Yosua memimpin bangsa Israel hendak menyeberangi sungai Yordan, tuntutan Allah waktu itu atas iman mereka jelas lebih tinggi dari pada 40 tahun lalu. Kali ini Allah menyuruh para imam pengangkat tabut TUHAN lebih dulu dengan iman menginjakkan kakinya ke dalam air sungai yang waktu itu sedang meluap dan deras, maka air sungai itu akan terputus dan membentuk bendungan, dengan demikian bangsa Israel dapat berjalan di tanah kering menyeberangi sungai itu.
Walaupun para imamlah yang lebih dahulu dengan mengangkat tabut TUHAN menginjakkan kaki ke dalam air sungai, tetapi rakyat tidak boleh hanya menonton dari kemah saja menunggu air surut, mereka juga sudah siap sedia berjalan setelah membongkar kemah, dengan berbaris rapi mengikuti para imam dari belakang, mereka juga dengan iman bersiap menyeberang sungai Yordan.
Waktu itu air sungai Yordan masih mengalir sangat deras, sama sekali tidak ada tanda akan melambat dan surut, tetapi mereka harus percaya kepada Allah, dengan iman berjalan ke depan. Bila sesampainya di tepi sungai, mereka lalu berhenti dengan maksud menunggu Allah sendiri yang membelah air sungai, setelah itu baru mereka berani turun ke sungai, maka tentulah tidak akan terjadi mujizat itu. Mereka harus berani melangkahkan kaki masuk ke dalam air sebelum air sungai itu terputus, dengan demikian barulah mujizat itu terjadi.
Hari ini kita harus belajar pada iman bangsa Israel sewaktu menyeberangi sungai Yordan. Mereka mendengarkan firman Allah dan memegang janji Allah, mereka mengikuti imam-imam pengangkat tabut TUHAN bergerak maju, sama sekali tidak takut menghadapi air sungai yang ganas itu. Hari ini situasi kondisi yang kita hadapi jauh lebih mudah dari pada yang mereka hadapi, kita sama sekali tidak boleh takut dan mundur karena berhadapan dengan kesulitan, rintangan, ancaman, kegagalan, atau bahaya, sebaliknya hendaklah kita dengan ucapan syukur tetap melangkah maju!
Hari ini, banyak pekerjaan kudus di gereja mengalami rintangan dan kesulitan, tetapi ini adalah ujian Allah akan iman kita. Jadi janganlah kita kehilangan iman karena ada kesulitan atau bahaya, janganlah kita berhenti bergerak bahkan mundur karena ragu kepada pimpinan Allah.
Sebagai manusia yang kurang percaya dan sifat malas membuat dia hanya menunggu Allah terlebih dahulu membuka jalan dan menyingkirkan semua rintangan dan kesusahan, sebelum dia bergerak maju. Ini adalah kesalahan besar! Kalau setiap kali kita baru berani maju setelah Allah lebih dulu meluruskan jalan, maka kita tidak perlu lagi beriman. Allah justru ingin kita beriman, perjalanan hidup kita harus ditempuh dengan iman tanpa ragu, dengan demikian akan terbuka lebar oleh iman yang dianggap mustahil oleh mereka yang tidak beriman.