SAUH BAGI JIWA
“Peliharalah aku, ya TUHAN, terhadap tangan orang fasik, jagalah aku terhadap orang yang melakukan kekerasan, yang bermaksud menjatuhkan aku.” (Mazmur 140:5)
“Peliharalah aku, ya TUHAN, terhadap tangan orang fasik, jagalah aku terhadap orang yang melakukan kekerasan, yang bermaksud menjatuhkan aku.” (Mazmur 140:5)
Ketika timbul kelaparan di Tanah Negeb, Ishak pergi ke Gerar, yaitu negeri orang Filistin. Awalnya dia ingin pergi ke Mesir, tetapi Tuhan melarang dan menyuruhnya tinggal di negeri orang Filistin. Maka tinggallah Ishak di situ dan menabur di tanah itu, Dan dalam tahun itu juga dia mendapat hasil seratus kali lipat, karena Tuhan memberkatinya. Dia menjadi orang yang sangat kaya. Dia memiliki banyak anak buah dan ternak. Tentu saja hal ini membuat orang Filistin merasa cemburu kepadanya. Segala sumur yang digali ayahnya telah ditutup oleh mereka dan ditimbun dengan tanah. Abimelekh pun menyuruh Ishak pergi dari situ.
Maka Ishak pergi dan menetap di lembah Gerar dan menggali kembali sumur-sumur yang telah ditutup itu oleh orang Filistin itu. Di situ dia menemukan mata air yang berbual-bual airnya. Tetapi orang Gerar mengklaim bahwa air itu milik mereka, sehingga dia harus menggali sumur lain. Tetapi mereka bertengkar juga tentang hal itu. Jadi Ishak pindah dari tempat itu dan menggali sumur lain lagi. Setelah itu dia pergi ke Bersyeba. Di situlah Tuhan berfirman kepadanya bahwa Dia akan memberkati dan menyertai Ishak. Dan sebagai ucapan syukur, Ishak mendirikan mezbah bagi Tuhan.
Ketika mengetahui bahwa Ishak sangat diberkati dan disertai oleh Tuhan, maka Abimelekh datang mendapatkan dia. Walaupun sebelumnya Abimelekh pernah mengusirnya, tetapi Ishak tidak membencinya. Dia menerima Abimelekh dengan baik dan mengikat perjanjian dengannya, bahkan menjamunya.
Melalui semua itu kita dapat melihat Ishak adalah orang yang baik, sabar, rendah hati, dan tidak pendendam. Dia juga merupakan seorang yang taat kepada Tuhan, sehingga mau menuruti perintah Tuhan, serta tahu mengucap syukur. Tuhan berkenan kepadanya. Itulah sebabnya Tuhan selalu menyertai dan memberkatinya dengan berlimpah-limpah. Selain karena janji berkat yang telah difirmankan Tuhan kepada Abraham, ayahnya, karakter dan ketaatan Ishak juga memiliki peran yang penting dalam hal ini.
Dalam hidup ini, kita juga bisa bertemu dengan orang-orang seperti Abimelekh dan orang Filistin. Orang yang suka mencari gara-gara dengan kita dan menyulitkan kita. Bagaimana sikap kita ketika kita diperlakukan secara tak adil? Apakah kita tidak mau menerima mereka dan merencanakan pembalasan terhadap mereka? Hendaknya sikap Ishak dalam menghadapi orang-orang seperti itu dapat menjadi pertimbangan dan teladan kita dalam bersikap.
Walaupun orang Filistin berulang kali menutup dan merampas sumur-sumur yang digalinya dengan susah-payah, Ishak tidak mendendam. Bahkan ketika dia diusir dari tempat itu, dia sama sekali tidak melawan atau berdalih. Dia lebih memilih untuk mengalah dan pergi. Ishak adalah orang yang cinta damai. Lagipula dia percaya bahwa jika dia melakukan hal yang benar, Tuhan pasti akan memberkatinya, sehingga segala usaha yang dilakukannya pasti berhasil. Maka, dia tidak perlu takut.
Oleh karena itu, bagaimana pun perlakuan orang terhadap kita, terimalah dengan sabar. Tetaplah lakukan hal yang benar dan sesuai kehendak Tuhan. Hendaknya kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, caci-maki dengan caci-maki. Bersikaplah sebagai anak Tuhan yang baik. Percayalah bahwa Tuhan akan selalu ada di pihak kita, membela, menyertai, dan memberkati kita.
Lalu setelah Tuhan memberkati kita, hendaknya kita ingat untuk mengucap syukur. Sebab kita tahu bahwa segala sesuatu ada dan terjadi karena kasih karunia dan pemeliharaan Tuhan semata.