SAUH BAGI JIWA
“Pujilah TUHAN, sebab TUHAN itu baik” (Mazmur 135:3a)
“Pujilah TUHAN, sebab TUHAN itu baik” (Mazmur 135:3a)
Kita biasanya menilai baik atau tidaknya seseorang berdasarkan perbuatan yang dilakukan orang tersebut kepada kita. Sayangnya, standar seperti ini tidak bisa kita terapkan ketika kita berhadapan dengan Tuhan. Ketika kita sedang mendapatkan hal-hal yang membahagiakan dalam hidup kita, kita pasti akan dengan mudah memuji Tuhan dan berkata bahwa Tuhan itu baik. Namun, jika kita sedang mendapatkan hal-hal yang tidak membahagiakan, maka akan sangat sulit bagi kita untuk mengatakan bahwa Tuhan itu baik. Kita justru cenderung akan bertanya, “Apakah Tuhan itu baik? Jika ya, mengapa hidup saya sangat sulit seperti ini?”
Hidup manusia bak roda yang terus berputar, kadang di atas, kadang di bawah, tetapi kebaikan Tuhan tidak pernah berubah. Ketika hidup kita sedang sulit, bisa jadi Tuhan sedang menegur kita supaya kita berbalik kepada-Nya, tetapi bisa juga karena Tuhan ingin iman kita naik tingkat supaya kita belajar untuk bersandar dan berserah kepada-Nya. Di luar itu semua, hidup kita juga bisa menjadi sulit karena ulah kita sendiri. Contohnya jika kita mengejar kekayaan sehingga bekerja sedemikian keras, akhirnya, kesehatan kita akan semakin menurun karena terlalu lelah bekerja dan hubungan dengan Tuhan dan keluarga semakin renggang. JIka sudah seperti itu, masih patutkah kita mempertanyakan di manakah kebaikan Tuhan?
Pemazmur mengingatkan kita untuk memuji Tuhan sebab Tuhan itu baik. Namun, saat kondisi kehidupan kita menjadi sedemikian sulit–meskipun kita tidak menjauh dari Tuhan–maka kita akan mempertanyakan “di manakah kebaikan Tuhan itu?” Hal seperti ini pernah saya alami ketika saya menjadi tulang punggung keluarga saat saya berumur dua puluh tiga tahun karena papa sudah pensiun dan mama sudah meninggal beberapa tahun sebelumnya. Tentu sangat sulit mengatur keuangan karena saya baru saja terjun ke dunia kerja dengan level paling rendah. Tidak hanya itu, beberapa bulan kemudian, papa saya menderita sakit keras hingga perlu dirawat di rumah sakit selama sebulan penuh. Selain itu, kami juga masih perlu mencari dokter yang lain setelah keluar dari rumah sakit dikarenakan pemulihan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Butuh waktu beberapa tahun hingga akhirnya kondisi papa saya pulih kembali. Dalam masa sulit itu, saya pernah bertanya-tanya “mengapa kondisi hidup saya sangat sulit seperti ini, padahal saya tetap beribadah dan melakukan pelayanan dengan setia.” Namun, saya percaya bahwa ada maksud baik Tuhan di balik semua ini. Setelah masalah itu selesai, saya memahami bahwa Tuhan sedang mengajarkan saya untuk lebih mengasihi orang tua saya, lebih menghargai kesempatan hidup dan kesehatan yang diberikan Tuhan kepada saya, dan Tuhan benar-benar mengajarkan saya untuk bersandar kepada-Nya setiap saat. Tanpa pertolongan Tuhan, tidak mungkin saya dapat menyelesaikan masalah itu seorang diri saja.
Kebaikan Tuhan juga dapat kita lihat ketika Ia rela mengorbankan nyawa-Nya bagi kita di atas kayu salib supaya kita tidak binasa. Kita juga bisa berkilas balik dan mencoba untuk menghitung betapa banyaknya hal baik yang telah kita terima dari Tuhan sejak kita lahir hingga kini: mulai dari oksigen gratis dan sinar matahari yang kita terima setiap hari tanpa harus membayar sepeser pun sampai dengan hal kecil seperti koneksi internet yang stabil agar kita bisa bekerja dengan lancar, dan masih banyak hal baik lainnya yang bisa kita renungkan satu per satu. Dengan mengingat itu semua, bukankah seharusnya kita bisa mengatakan bahwa Tuhan itu baik seperti yang pemazmur sampaikan?