SAUH BAGI JIWA
“Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.” (Mazmur 18:7)
“Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.” (Mazmur 18:7)
Kita sering mendengar nasehat “hendaklah senantiasa bersukacita.” Namun, banyak hal yang membuat kita tidak bisa bersukacita, seperti halnya saat kita menderita penyakit berat, mengalami kesusahan hidup, kehilangan orang yang kita kasihi, ketidak-adilan, kekalahan dan hal lainnya. Justru, kebanyakan kita merasa terbelenggu oleh perasaan dukacita, keluh kesah, kecewa, marah, sakit hati dan dendam. Akhirnya, kita merasa sulit bersukacita dan sulit untuk bersyukur kepada Tuhan atas apa yang sudah kita terima dari Dia.
Beberapa tahun yang lalu, dokter memvonisku dengan penyakit kanker ganas yang sudah menyebar, dan hidupku sudah tidak akan lama lagi. Mendengar vonis ini, aku menjadi sangat takut, sedih, bingung dan kuatir. Perasaan-perasaan negatif terus berkecamuk di dalam hati, membuatku sama sekali tidak berdaya. Aku merasa berada di titik terendah dalam hidup dan sangat kebingungan akan apa yang harus kuperbuat, serta kepada siapa aku harus meminta tolong agar dapat sembuh dari penyakit ganas ini.
Dalam keputusasaan, aku tersadarkan bahwa hanya kepada Tuhan sajalah seharusnya aku bersandar, bukan kepada orang lain–terlebih kepada diri sendiri. Aku tersungkur di hadapan Tuhan, berdoa dengan mencucurkan air mata memohon ampun kepada Tuhan akan segala dosa-dosa yang pernah kulakukan selama hidupku, dan memohon belas kasihan-Nya agar diberikan kesempatan untuk tetap hidup. Aku berjanji bila Tuhan menyembuhkanku, aku akan melayani Tuhan dengan sekuat tenaga.
Sama seperti Daud sewaktu mengalami kesesakan, dia berseru meminta tolong kepada Tuhan. Tuhan mendengar pergumulan doa Daud dari bait-Nya. Teriak minta tolong Daud kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.
Beberapa waktu kemudian, sewaktu kembali ke dokter untuk pemeriksaan laboratorium selanjutnya, aku begitu terkejut karena penyakit kanker ganas yang sudah menyebar sebelumnya, berubah menjadi ”insitu”, artinya tidak menyebar lebih lanjut. Dokter pun menganjurkan untuk operasi agar aman. Bersyukur, Puji Tuhan. Hatiku penuh sukacita karena telah bersandar kepada-Nya yang memberi kehidupan. “TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku.” (Mazmur 30:3)
Selain menyembuhkan penyakit–menjadikan dukacita kepada sukacita, Tuhan juga mengubah karakter manusia lamaku; sehingga melalui kekuatan dari Tuhan, aku dimungkinkan untuk dapat lebih sabar, lebih lemah lembut, lebih banyak mendengar saat berhadapan dengan orang lain. Tuhan pun membimbingku untuk tetap bersandar dan tekun berdoa di dalam nama-Nya. Dengan demikian, hidup menjadi penuh sukacita dari Tuhan Yesus Kristus.