SAUH BAGI JIWA
“Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.” (1Raja-raja 17:7)
“Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.” (1Raja-raja 17:7)
Elia pergi ke gunung Karmel menghadapi raja Ahab bersama 850 nabi palsunya, untuk membuktikan Allah yang ia sembah adalah Allah yang benar, sedangkan allah yang Ahab dan rakyatnya sembah adalah allah palsu. Tetapi sebelumnya Allah justru menyuruh Elia bersembunyi di tepi ke sungai Kerit, dan setelah itu menyuruh dia pergi ke janda miskin di Sarfat yang akan memberi dia makan.
Siapapun pada posisi Elia waktu itu pasti akan merasa Allah sedang bercanda, karena baik sungai Kerit maupun janda miskin Sarfat, keduanya digambarkan dengan minimnya materi. Tetapi Elia karena iman dia patuh pergi tanpa bertanya kepada Allah apa yang harus dia makan di tepi sungai Kerit itu, atau bertanya bagaimana janda Sarfat dapat memberi dia makan sedangkan dia sendiri hampir mati kelaparan. Elia mengerti kurangnya materi pendukung kehidupan dan buruknya lingkungan, justru sangat berguna untuk memupuk kekuatan rohaninya. Dalam situasi seperti itu, dia hanya bisa bersandar penuh kepada Allah.
Sewaktu Elia berada di tepi sungai Kerit, Allah menyuruh burung-burung gagak membawakan roti dan daging kepadanya, dia sadar betul ini adalah mujizat besar yang Allah lakukan untuk dia. Maka setelah sungai Kerit itu kemudian menjadi kering, dia pun tidak kuatir karena percaya Allah akan mengatur semuanya. Dia tahu pelatih binatang sehebat apapun tidak akan bisa melatih burung gagak melakukan tugas yang demikian berat itu, tetapi Allah mampu menyuruh burung gagak yang hina bertanggung jawab memberi makan kepada nabi.
Ujian berat dari Allah bukanlah hal yang buruk karena ia membantu pertumbuhan iman Elia. Pertama pergi ke sungai Kerit, kemudian pergi ke Sarfat, ternyata perjumpaan dengan sumur kering, padang pasir, padang gurun, penderitaan, kesusahan, air mata, semuanya menjadi hiasan bagi potret kehidupan yang semarak penuh warna warni, yang sekejap saja sudah berlalu.
‘Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering’, Elia menemui jalan buntu, sama seperti kita sebagai umat percaya pernah mengalaminya juga, air sungai yang menjadi pengharapan dan penunjang hidup mulai kering, sudah di ambang jalan buntu. Namun di balik itu Allah sudah menyediakan masa depan yang indah yang akan diberikan kepada kita setelah kita melalui ujian-Nya.
Apabila Elia tidak melalui ujian iman di sungai Kerit, langsung ke Sarfat berhadapan dengan janda yang miskin, mungkin dia tidak akan cukup beriman untuk memberkati janda itu. Hari ini bila Allah menempatkan kita pada situasi yang membuat semua orang dunia putus asa, air sungai duniawi menjadi kering, tiada lagi sumber daya yang bisa diperoleh, ini justru adalah terang dan pengharapan dari Allah datang kepada kita. Karena pertolongan dan pengharapan kita hanyalah dari TUHAN Pencipta alam semesta!