SAUH BAGI JIWA
“Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.” (Wahyu 21:6b)
“Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.” (Wahyu 21:6b)
Saat masih mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, saya pernah menjadi panitia penyambutan mahasiswa baru, yang akan berlokasi di salah satu gunung di Indonesia. Oleh karena akan mendaki gunung, maka fisik kita pun harus dilatih. Maka diadakanlah latihan fisik setiap seminggu sekali. Usai latihan fisik yang sangat melelahkan tersebut, hanya ada satu hal yang saya inginkan, yaitu minum air. Rasa haus membuat saya ingin minum terus-menerus. Bahkan, saya hanya berhenti minum untuk mengambil nafas, kemudian saya minum kembali. Saat itu, rasanya tidak ada yang lebih menyegarkan dan memuaskan selain dari minum air putih.
Setelah latihan fisik, saya pulang ke rumah. Di rumah, tidak ada aktivitas yang membuat saya merasa haus. Ruangan ber-AC yang dingin dan tempat duduk yang nyaman, membuat saya tidak menginginkan air putih, yang sebelumnya sangat menyegarkan saya.
Rasa haus akan air putih ini secara rohani menggambarkan rasa haus akan air kehidupan, yaitu Roh Kudus. Saat saya beraktivitas secara rohani, yaitu saat saya membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan, saat saya berusaha untuk hidup kudus dan menaati perintah Tuhan di dalam kehidupan saya, saat saya merasa bahwa saya membutuhkan Tuhan dan merasa sangat bersyukur atas berkat yang mungkin biasa saja bagi orang lain, pada saat itulah saya merasa bahwa saya sedang haus akan air kehidupan. Saat itulah, doa 30 menit terasa sangat menyenangkan bagi saya. Pada waktu itulah, saya ingin terus-menerus membaca Alkitab. Pada saat itulah, hati saya dipenuhi kedamaian, sekalipun masalah dalam kehidupan ini tetap ada di samping saya. Pada saat itulah, saya merasa sangat membutuhkan air kehidupan tersebut.
Sebaliknya, saat saya kurang aktivitas rohani, saat saya lebih mengutamakan pekerjaan daripada membaca Firman Tuhan, saat saya lebih banyak menggunakan waktu saya untuk menonton film daripada berdoa, saat saya mulai mengabaikan perintah Tuhan, saat saya mulai terbiasa dengan kata-kata kotor, saat saya mulai terlena dengan kesenangan dunia, pada saat itulah saya merasa tidak haus akan air kehidupan. Pada saat itulah, saya merasa doa 15 menit sebelum kebaktian terasa sangat menjemukkan. Pada waktu itulah, saya merasakan kekeringan rohani, tidak mendapatkan pengajaran apapun saat mendengarkan khotbah di dalam ibadah Sabat. Pada saat itulah, saya merasa sangat malas membaca Alkitab.
Pada waktu itulah, ketika merasa jauh dari Tuhan dan kekosongan meliputi hati saya, saya merindukan air kehidupan, Roh Kudus yang menghibur, menyegarkan, dan memberi kelegaan bagi hati saya. Pada waktu itulah, saya kembali bertekad untuk bangun dan kembali beraktivitas secara rohani, agar saya bisa merasakan kembali rasa haus akan air kehidupan. Pada saat itulah, saya memahami bahwa kesenangan dunia sesaat yang saya dapatkan tidaklah sepadan dengan sukacita dan rasa damai dari Roh Kudus, penolong yang Tuhan berikan secara cuma-cuma kepada kita.
“Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.” Yesaya 44:3
Oleh karena itu, jika kita merasakan kekeringan dalam kehidupan rohani kita, marilah bangun dan lakukan aktivitas rohani, agar kita selalu merasa haus akan air kehidupan. Mohonlah Roh Kudus memenuhi hati kita sehingga kita dapat merasakan kelegaan, penghiburan, damai, dan sukacita.
SAUH BAGI JIWA
“Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.” (Wahyu 21:6b)
“Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.” (Wahyu 21:6b)
Saat masih mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, saya pernah menjadi panitia penyambutan mahasiswa baru, yang akan berlokasi di salah satu gunung di Indonesia. Oleh karena akan mendaki gunung, maka fisik kita pun harus dilatih. Maka diadakanlah latihan fisik setiap seminggu sekali. Usai latihan fisik yang sangat melelahkan tersebut, hanya ada satu hal yang saya inginkan, yaitu minum air. Rasa haus membuat saya ingin minum terus-menerus. Bahkan, saya hanya berhenti minum untuk mengambil nafas, kemudian saya minum kembali. Saat itu, rasanya tidak ada yang lebih menyegarkan dan memuaskan selain dari minum air putih.
Setelah latihan fisik, saya pulang ke rumah. Di rumah, tidak ada aktivitas yang membuat saya merasa haus. Ruangan ber-AC yang dingin dan tempat duduk yang nyaman, membuat saya tidak menginginkan air putih, yang sebelumnya sangat menyegarkan saya.
Rasa haus akan air putih ini secara rohani menggambarkan rasa haus akan air kehidupan, yaitu Roh Kudus. Saat saya beraktivitas secara rohani, yaitu saat saya membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan, saat saya berusaha untuk hidup kudus dan menaati perintah Tuhan di dalam kehidupan saya, saat saya merasa bahwa saya membutuhkan Tuhan dan merasa sangat bersyukur atas berkat yang mungkin biasa saja bagi orang lain, pada saat itulah saya merasa bahwa saya sedang haus akan air kehidupan. Saat itulah, doa 30 menit terasa sangat menyenangkan bagi saya. Pada waktu itulah, saya ingin terus-menerus membaca Alkitab. Pada saat itulah, hati saya dipenuhi kedamaian, sekalipun masalah dalam kehidupan ini tetap ada di samping saya. Pada saat itulah, saya merasa sangat membutuhkan air kehidupan tersebut.
Sebaliknya, saat saya kurang aktivitas rohani, saat saya lebih mengutamakan pekerjaan daripada membaca Firman Tuhan, saat saya lebih banyak menggunakan waktu saya untuk menonton film daripada berdoa, saat saya mulai mengabaikan perintah Tuhan, saat saya mulai terbiasa dengan kata-kata kotor, saat saya mulai terlena dengan kesenangan dunia, pada saat itulah saya merasa tidak haus akan air kehidupan. Pada saat itulah, saya merasa doa 15 menit sebelum kebaktian terasa sangat menjemukkan. Pada waktu itulah, saya merasakan kekeringan rohani, tidak mendapatkan pengajaran apapun saat mendengarkan khotbah di dalam ibadah Sabat. Pada saat itulah, saya merasa sangat malas membaca Alkitab.
Pada waktu itulah, ketika merasa jauh dari Tuhan dan kekosongan meliputi hati saya, saya merindukan air kehidupan, Roh Kudus yang menghibur, menyegarkan, dan memberi kelegaan bagi hati saya. Pada waktu itulah, saya kembali bertekad untuk bangun dan kembali beraktivitas secara rohani, agar saya bisa merasakan kembali rasa haus akan air kehidupan. Pada saat itulah, saya memahami bahwa kesenangan dunia sesaat yang saya dapatkan tidaklah sepadan dengan sukacita dan rasa damai dari Roh Kudus, penolong yang Tuhan berikan secara cuma-cuma kepada kita.
“Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.” Yesaya 44:3
Oleh karena itu, jika kita merasakan kekeringan dalam kehidupan rohani kita, marilah bangun dan lakukan aktivitas rohani, agar kita selalu merasa haus akan air kehidupan. Mohonlah Roh Kudus memenuhi hati kita sehingga kita dapat merasakan kelegaan, penghiburan, damai, dan sukacita.
SAUH BAGI JIWA
“Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.” (Wahyu 21:6b)
“Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.” (Wahyu 21:6b)
Saat masih mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, saya pernah menjadi panitia penyambutan mahasiswa baru, yang akan berlokasi di salah satu gunung di Indonesia. Oleh karena akan mendaki gunung, maka fisik kita pun harus dilatih. Maka diadakanlah latihan fisik setiap seminggu sekali. Usai latihan fisik yang sangat melelahkan tersebut, hanya ada satu hal yang saya inginkan, yaitu minum air. Rasa haus membuat saya ingin minum terus-menerus. Bahkan, saya hanya berhenti minum untuk mengambil nafas, kemudian saya minum kembali. Saat itu, rasanya tidak ada yang lebih menyegarkan dan memuaskan selain dari minum air putih.
Setelah latihan fisik, saya pulang ke rumah. Di rumah, tidak ada aktivitas yang membuat saya merasa haus. Ruangan ber-AC yang dingin dan tempat duduk yang nyaman, membuat saya tidak menginginkan air putih, yang sebelumnya sangat menyegarkan saya.
Rasa haus akan air putih ini secara rohani menggambarkan rasa haus akan air kehidupan, yaitu Roh Kudus. Saat saya beraktivitas secara rohani, yaitu saat saya membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan, saat saya berusaha untuk hidup kudus dan menaati perintah Tuhan di dalam kehidupan saya, saat saya merasa bahwa saya membutuhkan Tuhan dan merasa sangat bersyukur atas berkat yang mungkin biasa saja bagi orang lain, pada saat itulah saya merasa bahwa saya sedang haus akan air kehidupan. Saat itulah, doa 30 menit terasa sangat menyenangkan bagi saya. Pada waktu itulah, saya ingin terus-menerus membaca Alkitab. Pada saat itulah, hati saya dipenuhi kedamaian, sekalipun masalah dalam kehidupan ini tetap ada di samping saya. Pada saat itulah, saya merasa sangat membutuhkan air kehidupan tersebut.
Sebaliknya, saat saya kurang aktivitas rohani, saat saya lebih mengutamakan pekerjaan daripada membaca Firman Tuhan, saat saya lebih banyak menggunakan waktu saya untuk menonton film daripada berdoa, saat saya mulai mengabaikan perintah Tuhan, saat saya mulai terbiasa dengan kata-kata kotor, saat saya mulai terlena dengan kesenangan dunia, pada saat itulah saya merasa tidak haus akan air kehidupan. Pada saat itulah, saya merasa doa 15 menit sebelum kebaktian terasa sangat menjemukkan. Pada waktu itulah, saya merasakan kekeringan rohani, tidak mendapatkan pengajaran apapun saat mendengarkan khotbah di dalam ibadah Sabat. Pada saat itulah, saya merasa sangat malas membaca Alkitab.
Pada waktu itulah, ketika merasa jauh dari Tuhan dan kekosongan meliputi hati saya, saya merindukan air kehidupan, Roh Kudus yang menghibur, menyegarkan, dan memberi kelegaan bagi hati saya. Pada waktu itulah, saya kembali bertekad untuk bangun dan kembali beraktivitas secara rohani, agar saya bisa merasakan kembali rasa haus akan air kehidupan. Pada saat itulah, saya memahami bahwa kesenangan dunia sesaat yang saya dapatkan tidaklah sepadan dengan sukacita dan rasa damai dari Roh Kudus, penolong yang Tuhan berikan secara cuma-cuma kepada kita.
“Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.” Yesaya 44:3
Oleh karena itu, jika kita merasakan kekeringan dalam kehidupan rohani kita, marilah bangun dan lakukan aktivitas rohani, agar kita selalu merasa haus akan air kehidupan. Mohonlah Roh Kudus memenuhi hati kita sehingga kita dapat merasakan kelegaan, penghiburan, damai, dan sukacita.