SAUH BAGI JIWA
“Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala.” (1 Yohanes 5:21)
“Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala.” (1 Yohanes 5:21)
Salomo hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya. Melalui ayahnya, dia mengerti betapa pentingnya hikmat dari Tuhan, sehingga ketika Tuhan bertanya apa yang diinginkannya, Salomo meminta hikmat. Dia menyadari bahwa tugas yang diembannya sebagai raja sangat berat, apalagi saat itu dia masih muda dan belum berpengalaman. Permintaan Salomo itu dipandang baik oleh Tuhan, sehingga Dia mengabulkan permintaan Salomo. Selain itu, Tuhan juga memberikan kekayaan dan kemuliaan kepadanya. Tuhan juga berjanji akan memberikan umur panjang jika dia hidup menurut jalan Tuhan, dan tetap mengikuti ketetapan dan perintah-Nya, sama seperti Daud.
Kenyataannya, Salomo memang mengungguli bangsa-bangsa lain dalam hal hikmat. Dia juga unggul dalam bidang sastra, ia menggubah tiga ribu amsal. Dan nyanyian yang diciptakannya ada seribu lima lagu (1Raj. 4:32). Salomo juga menggunakan hikmatnya untuk mengatur pemerintahannya. Dia menetapkan agar tiap-tiap daerah wajib membayar pajak. Ini untuk menjamin pengadaan dana istana. Pada masa itu, Salomo menjadi penguasa di bidang perdagangan.
Sangat disayangkan bahwa Salomo kemudian jatuh ke dalam penyembahan berhala akibat rasa cintanya terhadap banyak perempuan asing. Istri-istrinya itu telah mencondongkan hati kepada allah-allah lain, sehingga Salomo tidak lagi sepenuh hati berpaut pada Tuhan. Padahal tentang hal ini Tuhan telah memperingatkan agar jangan bergaul dengan mereka. Karena Salomo melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, Tuhan menunjukkan murkanya kepada Salomo. Tuhan akan mengoyakkan kerajaannya dari tangan anaknya.
Hendaknya kehidupan Salomo ini dapat menjadi bahan perenungan dan pembelajaran bagi kita. Salomo telah memulai kehidupannya dengan sangat baik dan ia telah menjadi seorang yang sangat dikasihi oleh Tuhan. Namun, ia berubah setia. Dia telah mengambil keputusan yang salah dengan mengambil istri-istri dari bangsa asing. Rupanya, kecintaan Salomo terhadap istri lebih besar daripada kecintaannya kepada Tuhan, sehingga dia menuruti keinginan mereka hanya untuk menyenangkan mereka–padahal Tuhan telah memperingatkan mengenai hal ini sebelumnya. Mungkin hal ini terjadi tidak dalam sekejap. Mungkin juga dia sendiri tidak menyadari bahwa imannya kepada Tuhan sudah bergeser karena dia masih percaya kepada Tuhan, hanya tidak lagi sepenuh hati seperti dulu.
Kehidupan rohani kita saat ini juga menghadapi ancaman dari berhala-berhala modern, seperti kekayaan, gelar, kedudukan, status sosial, kesenangan dunia, bahkan hobi. Semua ini lambat-laun dapat mengalihkan perhatian kita dari Tuhan. Contohnya, kita lebih suka berlama-lama menonton televisi, bermain game, atau aktif di media sosial daripada menggunakan waktu untuk berdoa, membaca Alkitab, atau mendengarkan khotbah. Waspadalah jika kita sudah menganggap perkara-perkara dunia lebih menarik daripada perkara-perkara rohani. Sebab jika hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus, pikiran kita akan diperbaharui oleh-Nya, sehingga kita bisa membedakan mana yang lebih penting dan lebih bernilai. Perkara-perkara dunia memang menyukakan hati dan menyenangkan, namun kesenangan itu hanya bersifat sementara. Kesenangan itu tidak bertahan lama. Berbeda dengan perkara-perkara rohani, yang dapat membawa kita lebih dekat dengan Tuhan. Dan perasaan damai dan sukacita yang kita rasakan bersama dengan Tuhan itu tidak dapat dibandingkan dengan kesenangan sesaat. Apalagi itu dapat menuntun kita kepada kehidupan kekal.
Maka, janganlah menyia-nyiakan karunia Tuhan yang telah kita terima, seperti yang dinasihatkan rasul Paulus dalam 1 Timotius 4:14, “Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.” Peliharalah dengan baik. Jangan sampai kita menukarnya dengan apapun. Berusahalah untuk senantiasa mendekat kepada Tuhan, agar kita memiliki kepekaan terhadap kehendak-Nya dan tidak masuk ke dalam jerat iblis.