SAUH BAGI JIWA
“Hati yang tenang menyegarkan tubuh.” (Amsal 14:30a)
“Hati yang tenang menyegarkan tubuh.” (Amsal 14:30a)
Huruf bahasa Mandarin sangatlah unik. Setiap huruf memiliki arti tersendiri. Ia bisa berdiri sendiri, bisa juga digabungkan dengan huruf lain. Kalau digabungkan dengan huruf lain, ia dapat menjadi kata baru yang artinya sama sekali berbeda. Bunyi setiap huruf pun tidak seperti alfabet. Dari bunyinya, kita dapat menerka-nerka huruf yang diucapkan itu. Namun, setiap huruf dalam bahasa Mandarin perlu dipelajari dengan cara dihafal mati. Kita tidak mungkin bisa menuliskan huruf tersebut hanya dengan mendengar bunyinya. Contohnya kata “tenang” dalam bahasa Mandarin.
Kata ‘tenang’ dalam bahasa Mandarin mengandung arti ‘diam’ atau ‘tidak bersuara’. Kata ini dapat menggambarkan ketenangan suasana, ketenangan lingkungan, ketenangan hati, ketenangan pikiran, dan lain sebagainya. Banyak orang Tionghoa suka huruf ini dan menjadikannya sebagai nama anaknya.
Suatu kali, saya bertemu seorang ibu muda yang memiliki seorang putri berusia dua tahun. Saya bertanya ‘Apa yang disukai oleh putrimu?’. Dia pun menjawab: ‘Putri saya paling suka suasana tenang’. Sungguh di luar dugaan! Biasanya anak-anak suka permen, biskuit, mainan, boneka, buku cerita dan lain sebagainya. Namun dia menyukai sebuah suasana lingkungan yang tenang.
Seorang yang suka ketenangan sejak masa kecilnya, dapat menjadi lebih cepat dewasa. Mereka mampu berdiam diri, dan belajar dengan tenang. Hal ini tentunya sangat baik untuk pertumbuhan kerohaniannya.
Alkitab menuliskan: “Hati yang tenang menyegarkan tubuh.” Dalam bahasa aslinya, ayat ini dapat berarti ‘Hati yang tenang menghidupkan tubuh’. Ketenangan dapat membuat hidup lebih hidup, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara rohani.
Ketika para ahli Taurat dan orang Farisi menyeret seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah kepada Tuhan Yesus, Tuhan Yesus dengan tenang menghadapi orang-orang yang bermaksud jahat dan munafik itu. Ia dengan tenang membungkuk dan menulis dengan jari-Nya di atas tanah. Ketika mereka terus-menerus mendesak, Tuhan Yesus dengan tenang berkata: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang. Kemudian Tuhan Yesus berkata dengan tenang kepada perempuan itu: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:3-11)
Hari ini, kita sebagai umat percaya dapat belajar: Dalam menghadapi kehidupan yang penuh kesibukan, kegelisahan, dan segala macam kekuatiran, kita mau belajar kepada Tuhan Yesus yang memiliki ‘hati yang tenang’. Kita nyatakan kepada orang-orang di sekitar kita agar mereka dapat melihat betapa indahnya hidup bersama dengan Allah.