SAUH BAGI JIWA
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1)
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1)
Sebuah gitar tua teronggok di sudut ruangan yang penuh dengan barang berdebu. Senarnya sedikit berkarat dan debu menutupi seluruh permukaannya. Seekor laba-laba merayap keluar dari dalam gitar tersebut. Laba-laba itu berniat mencari tempat baru untuk mendirikan jaringnya.
Gitar itu pun berkata, “Hai laba-laba mengapa kamu pergi?”
Laba-laba itu berkata, “Aku tidak bisa mendapatkan makanan di sini”.
Gitar tua pun merasa sedih dan berkata, “Sebenarnya aku sudah cukup senang dapat memberimu tempat untuk tinggal. Aku merasa masih cukup berguna. Dulu, aku sering sekali melantunkan lagu-lagu indah yang membuat orang berdecak kagum. Namun sejak kepergian pemilikku, aku diletakkan di sudut ruangan ini tanpa daya. Satu demi satu senarku diselimuti karat, bahkan tubuhku mulai digerogoti rayap. Aku merasa sangat tidak berguna.”
Laba-laba itu pun mengurungkan niatnya dan kembali ke dalam gitar tua tersebut. “Kalau demikian, aku akan mencari makan di tempat lain dan kembali ke sini untuk beristirahat”, ujar laba-laba tersebut.
Gitar tua pun merasa senang karena merasa dirinya masih berguna.
Setiap ciptaan Allah tentu memiliki maksud, tujuan dan kegunaannya masing-masing. Begitu pula dengan kita. Allah menciptakan kita untuk maksud dan tujuan yang mulia, agar kita dapat berguna bagi sekitar kita dan memuliakan nama-Nya.
Saat saya pindah ke sebuah kota yang tidak ada gereja, saya merasa tidak ada yang salah dengan iman saya. Saya masih tetap berdoa dan membaca alkitab setiap hari bersama suami. Roh Kudus pun tetap menyertai kami. Walaupun dulu saya rutin beribadah ke gereja dan melakukan beberapa pelayanan, namun saya tidak merasa ada yang salah dengan iman saya. Namun sesungguhnya, tanpa sadar iman saya sudah mulai berkarat dan digerogoti rayap.
Hari demi hari berlalu, sampai tiba masa yang berat bagi seluruh dunia. Masa pandemi Covid-19 membuat sebagian besar orang menderita. Namun di saat inilah gereja juga melakukan pelayanan ibadah berbasis online. Kami pun kembali mendapat kesempatan untuk mengikuti ibadah dan persekutuan.
Saat saya mengikuti beberapa kali persekutuan di Gereja Yesus Sejati, saya seperti tersadar dari tidur panjang saya. Saya dapat melihat betapa bergiatnya saudara-saudari seiman dalam melakukan pelayanan. Saat melihat kasih dan pertumbuhan iman yang mereka miliki, saya merasa seperti berada di lembah yang paling dalam. Saya melihat mereka seperti sedang menaiki gunung iman, bahu-membahu dan saling menguatkan untuk menjalani tebing yang terjal. Saat itulah saya merasa sangat tertinggal. Ketika mereka mengulurkan tangan untuk membantu saya mengejar ketinggalan saya dan memberikan kesempatan untuk ikut menapaki jalan iman bersama mereka, semangat saya kembali bangkit. Saya pun berusaha menemukan apa yang dapat saya lakukan untuk mengejar ketinggalan saya. Saya perlu melakukan sesuatu untuk Tuhan agar saya kembali berguna dan iman saya dapat kembali dikuatkan. Saya ingin menjadi alat yang berguna untuk kemuliaan nama Tuhan selagi masih ada kesempatan. Bersyukur pada Tuhan, saya mendapatkan kesempatan untuk kembali melayani-Nya.
Seperti sebuah gitar tua yang ingin selalu berguna bagi sekitarnya, bagaimana dengan kita hari ini? Adakah kita mau hidup untuk Tuhan dan menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita? Selagi masih ada kesempatan, marilah kita mempersembahkan yang terbaik dari semua yang kita miliki, agar hidup kita dapat berguna dan memuliakan nama Tuhan.