SAUH BAGI JIWA
“Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. ” Amsal 3:6
“Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. ” Amsal 3:6
Berbekal aplikasi peta digital, seorang teman saya, Tina, pergi ke suatu tempat di Bandung yang belum pernah didatanginya. Tanpa rasa kuatir, ia pun memilih rute yang paling cepat ditempuh, karena bermacet-macetan sangatlah tidak menyenangkan, walaupun langit begitu cerah dan pemandangan di sekitar begitu indah. Lagipula ia terburu-buru untuk bisa sampai di tempat sebelum malam.
Setelah beberapa waktu, ia mulai merasa ngeri dan bingung, karena peta digital mengarahkannya ke sebuah jalan yang kanan kirinya jurang. Sangat menyeramkan! Langit mulai gelap. Tidak ada lagi secercah sinar matahari. Hujan rintik perlahan namun pasti, turun membasahi jalanan. Hanya ada kendaraannya sendiri. Berbagai pikiran buruk mulai berkecamuk di dalam pikirannya. Cepat-cepat ia memundurkan mobilnya dan berputar balik.
Kawan, pernahkah Anda juga salah memilih jalan? Salah memilih jalan saat berkendara, kita tinggal pasang gigi mundur, berputar dan memilih jalan lain. Namun salah dalam memilih jalan kehidupan, sangatlah FATAL bagi jiwa kita! Kita tidak dapat sampai ke tujuan kita, yaitu kehidupan kekal.
Karena itu, kita harus hati-hati dalam memilih jalan kehidupan kita. Jangan sampai kita tersesat dan salah jalan, sebab “ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Ams 14:12) sehingga akhirnya kita tidak sampai ke tujuan. Sungguh ironis bukan? Setelah bersiap-siap, menjalaninya dengan begitu rupa, sudah mempunyai harapan dan tujuan, tetapi tidak dapat sampai tujuan.
Bagaimana agar hidup kita tidak salah jalan dan bisa sampai tujuan?
Kadang kala kita berpikir bahwa hidup ini berada di bawah kendali kita sehingga kita memiliki kebebasan penuh untuk melakukan apa saja dan orang lain tidak memiliki hak untuk mengaturnya. Sudah menjadi sifat alami manusia ingin sesuatu yang mudah, menghindari yang sulit, ingin yang lancar dan menyenangkan. Seperti menempuh jalan tol yang lebar, bebas dari hambatan. Ingin sampai tujuan dengan mulus tanpa harus bersusah payah. Namun menjalani hidup seperti ini tidak akan membuat kita mencapai hidup kekal.
Untuk mencapai hidup kekal, kita mau menempuh jalan Tuhan. Menempuhnya memang tidak mudah. Banyak rambu-rambu. Menempuhnya adalah seperti berjalan mencapai puncak gunung. Harus mendaki melalui jalan sulit yang berliku-liku. Banyak batu dan kerikil tajam. Bahkan tubuh dapat mengalami goresan besar dan kecil. Sungguh amat perih dan sakit. Namun saat mencapai puncak dan memandang hamparan pemandangan yang begitu indah, ada rasa kebahagiaan yang membuncah di hati. Bulir tetesan air mata pun akan jatuh tanpa diinginkan.
Jalan menuju kehidupan kekal memang sulit dan dihindari orang. Seperti perintah Tuhan untuk mengingat dan menguduskan hari Sabat, yaitu hari ketujuh. Dan kita mau menjalaninya sesuai perintah Tuhan–beribadah di hari Sabat serta tidak menyibukkan diri dengan urusan duniawi pada hari Sabat. Inilah yang harus kita tempuh di jalan Tuhan. Memilih jalan TUHAN memang tidak mudah. Tetapi jalan yang sempit ini akan membawa kita kepada mahkota kehidupan.
Jangan sampai salah memilih jalan. Janganlah penyesalan datang, saat tidak ada lagi waktu untuk kita berbalik. Pilihlah jalan Tuhan hari ini dan di akhir kehidupan, kita akan menerima mahkota kehidupan.