SAUH BAGI JIWA
“Bunga mawar dari Saron aku, bunga bakung di lembah-lembah. — Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis.
(Kidung Agung 2:1-2)
“Bunga mawar dari Saron aku, bunga bakung di lembah-lembah. — Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis.
(Kidung Agung 2:1-2)
Bunga mawar adalah salah satu ciptaan Tuhan. Ia bukanlah bunga yang asing bagi setiap orang. Bunga mawar memiliki warna yang memikat, bukan hanya menarik bagi serangga tetapi juga manusia, serta mempunyai wangi yang semerbak tiada taranya.
Saat memandang bunga mawar, mungkin kita akan terpesona akan kecantikan warna mahkotanya dan harumnya yang semerbak, dan seringkali melupakan satu bagian yang merupakan identitas mawar itu sendiri, yaitu duri-durinya yang tajam.
Kehidupan di dunia tidak akan lepas dari rasa senang atau susah. Namun seringkali kita hanya terpesona dan terpikat dengan kecantikan bunga mawar dan manisnya madu dari bunga mawar–seperti halnya kenikmatan dunia dan berkat jasmani dalam kehidupan kita. Tanpa menyadari, justru semua ini akan hilang dengan sendirinya, seperti serangga-serangga yang datang dan menghisap madu, setelah itu pergi.
Sebagai manusia, seringkali hanya menginginkan sisi lembut dari Tuhan; kebahagiaan, kesenangan, berkat dan sebagainya. Kita menolak duri-duri tajam bunga mawar. Tetapi kasih Tuhan itu seimbang dan sempurna, ada sisi lembut dan ada durinya (sisi tegas-Nya).
Tuhan menciptakan bunga mawar dengan duri-duri tajam dengan suatu maksud dan tujuan. Kelopak bunga mawar sangat mudah rontok, maka dari itu duri-duri bertujuan untuk melindungi bunga dari gangguan serangga. Keindahan bunga mawar tidak terlepas dari duri-durinya yang tajam, yang membuat bunga mawar indah dan semerbak harumnya. Inilah ciptaan Tuhan yang luar biasa dari mawar berduri.
Bagaikan mawar berduri, kehidupan manusia bersama Tuhan memiliki dua sisi. Di satu sisi, ada kebahagiaan dan berkat. Di sisi lain, ada pula duri yang tajam seperti halnya berbagai masalah dan penderitaan yang kita hadapi. Melalui penderitaan dan masalah, Tuhan menghendaki agar kita dapat memuliakan Allah serta bertumbuh kuat di dalam iman kerohanian. Dengan demikian, hidup kita dapat sempurna secara rohani di hadapan Allah.
Tetapi ada juga sebagian orang yang tidak menyukai kelopak bunga dari bunga mawar dan keharumannya, hanya berpusat pada durinya saja. Setiap hari hidupnya hanya fokus akan penderitaan dan berbagai persoalan hidup, mengeluh akan berbagai macam penderitaan yang dialaminya. Kehidupan seperti ini juga tidak sehat dan tidak seimbang. Ini juga bukan yang Allah kehendaki dari hidup kita. Ingatlah bahwa mawar juga terdiri dari kelopak yang indah dan madu yang manis!
Rasul Paulus pernah mengatakan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Rom. 12:2).
Tuhan Yesus dilambangkan sebagai bunga mawar dari Saron. Ia telah mati di kayu salib untuk kita. Walau duri penderitaan-Nya sangat tajam dan menusuk, karena kasih-Nya kepada umat manusia, Tuhan rela mati di kayu salib untuk menghapus dosa-dosa kita. Kasih Tuhan amatlah besar bagi kita.
Inilah mawar dari Saron, yang memberikan pengharapan bagi manusia yang berdosa. Oleh karena kasih-Nya yang begitu besar bagi kita, kita dapat dilayakkan untuk turut masuk ke dalam perjamuan yang Tuhan telah siapkan bagi kita. Sungguh kita tidak layak akan semuanya ini, tetapi Ia mau menerima duri-duri yang tajam untuk kita. Begitu besar kasih Tuhan kepada kita sehingga kita diangkat menjadi anak-anak-Nya.
Hendaklah kita mensyukuri segala sesuatu yang baik ataupun buruk di dalam kehidupan kita seperti setangkai mawar yang indah nan penuh duri. Hendaknya kita memuliakan Tuhan melalui karakter nyata di dalam kehidupan kita tanpa bersungut-sungut ataupun menyalahkan Tuhan atas setiap ujian dan pencobaan yang kita hadapi. Sebab kita tahu bahwa setiap pencobaan atau ujian yang kita alami tidak lain adalah untuk menyempurnakan kehidupan rohani kita.
Hendaklah kita juga bersyukur atas setiap berkat yang kita terima baik atau buruk karena inilah yang dikendaki oleh Allah bagi setiap anak-anak-Nya.
SAUH BAGI JIWA
“Bunga mawar dari Saron aku, bunga bakung di lembah-lembah. — Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis.
(Kidung Agung 2:1-2)
“Bunga mawar dari Saron aku, bunga bakung di lembah-lembah. — Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis.
(Kidung Agung 2:1-2)
Bunga mawar adalah salah satu ciptaan Tuhan. Ia bukanlah bunga yang asing bagi setiap orang. Bunga mawar memiliki warna yang memikat, bukan hanya menarik bagi serangga tetapi juga manusia, serta mempunyai wangi yang semerbak tiada taranya.
Saat memandang bunga mawar, mungkin kita akan terpesona akan kecantikan warna mahkotanya dan harumnya yang semerbak, dan seringkali melupakan satu bagian yang merupakan identitas mawar itu sendiri, yaitu duri-durinya yang tajam.
Kehidupan di dunia tidak akan lepas dari rasa senang atau susah. Namun seringkali kita hanya terpesona dan terpikat dengan kecantikan bunga mawar dan manisnya madu dari bunga mawar–seperti halnya kenikmatan dunia dan berkat jasmani dalam kehidupan kita. Tanpa menyadari, justru semua ini akan hilang dengan sendirinya, seperti serangga-serangga yang datang dan menghisap madu, setelah itu pergi.
Sebagai manusia, seringkali hanya menginginkan sisi lembut dari Tuhan; kebahagiaan, kesenangan, berkat dan sebagainya. Kita menolak duri-duri tajam bunga mawar. Tetapi kasih Tuhan itu seimbang dan sempurna, ada sisi lembut dan ada durinya (sisi tegas-Nya).
Tuhan menciptakan bunga mawar dengan duri-duri tajam dengan suatu maksud dan tujuan. Kelopak bunga mawar sangat mudah rontok, maka dari itu duri-duri bertujuan untuk melindungi bunga dari gangguan serangga. Keindahan bunga mawar tidak terlepas dari duri-durinya yang tajam, yang membuat bunga mawar indah dan semerbak harumnya. Inilah ciptaan Tuhan yang luar biasa dari mawar berduri.
Bagaikan mawar berduri, kehidupan manusia bersama Tuhan memiliki dua sisi. Di satu sisi, ada kebahagiaan dan berkat. Di sisi lain, ada pula duri yang tajam seperti halnya berbagai masalah dan penderitaan yang kita hadapi. Melalui penderitaan dan masalah, Tuhan menghendaki agar kita dapat memuliakan Allah serta bertumbuh kuat di dalam iman kerohanian. Dengan demikian, hidup kita dapat sempurna secara rohani di hadapan Allah.
Tetapi ada juga sebagian orang yang tidak menyukai kelopak bunga dari bunga mawar dan keharumannya, hanya berpusat pada durinya saja. Setiap hari hidupnya hanya fokus akan penderitaan dan berbagai persoalan hidup, mengeluh akan berbagai macam penderitaan yang dialaminya. Kehidupan seperti ini juga tidak sehat dan tidak seimbang. Ini juga bukan yang Allah kehendaki dari hidup kita. Ingatlah bahwa mawar juga terdiri dari kelopak yang indah dan madu yang manis!
Rasul Paulus pernah mengatakan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Rom. 12:2).
Tuhan Yesus dilambangkan sebagai bunga mawar dari Saron. Ia telah mati di kayu salib untuk kita. Walau duri penderitaan-Nya sangat tajam dan menusuk, karena kasih-Nya kepada umat manusia, Tuhan rela mati di kayu salib untuk menghapus dosa-dosa kita. Kasih Tuhan amatlah besar bagi kita.
Inilah mawar dari Saron, yang memberikan pengharapan bagi manusia yang berdosa. Oleh karena kasih-Nya yang begitu besar bagi kita, kita dapat dilayakkan untuk turut masuk ke dalam perjamuan yang Tuhan telah siapkan bagi kita. Sungguh kita tidak layak akan semuanya ini, tetapi Ia mau menerima duri-duri yang tajam untuk kita. Begitu besar kasih Tuhan kepada kita sehingga kita diangkat menjadi anak-anak-Nya.
Hendaklah kita mensyukuri segala sesuatu yang baik ataupun buruk di dalam kehidupan kita seperti setangkai mawar yang indah nan penuh duri. Hendaknya kita memuliakan Tuhan melalui karakter nyata di dalam kehidupan kita tanpa bersungut-sungut ataupun menyalahkan Tuhan atas setiap ujian dan pencobaan yang kita hadapi. Sebab kita tahu bahwa setiap pencobaan atau ujian yang kita alami tidak lain adalah untuk menyempurnakan kehidupan rohani kita.
Hendaklah kita juga bersyukur atas setiap berkat yang kita terima baik atau buruk karena inilah yang dikendaki oleh Allah bagi setiap anak-anak-Nya.