SAUH BAGI JIWA
“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak”
Mazmur 37:5
“Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak”
Mazmur 37:5
Saat bepergian dengan saudara ke luar kota dan menempuh perjalanan yang cukup panjang, saya selalu berada di kursi penumpang. Selama perjalanan tersebut, saya dapat menikmati pemandangan di luar. Saya dapat melihat pepohonan hijau yang kami lalui. Saya juga dapat melihat mobil-mobil lain yang melintas di sebelah kami. Tidak jarang, saya pun tertidur sepanjang perjalanan di kursi penumpang tersebut karena saya percaya saudara saya dapat mengemudikan mobil dengan baik sehingga saya dapat merasa sangat tenang. Saya sangat menikmati duduk di kursi penumpang, tempat yang begitu nyaman karena saya tidak perlu memperhatikan arah ataupun rambu-rambu lalu lintas.
Secara rohani, duduk di kursi penumpang dapat menggambarkan kehidupan kita yang berserah dan percaya sepenuhnya kepada sang pengemudi, yaitu Tuhan. Berserah kepada Tuhan berarti kita mempercayakan segala sesuatunya kepada Tuhan, dan tidak berlarut dalam kekuatiran. Mempercayakan hidup kita, mempercayakan keluarga kita, mempercayakan pekerjaan kita, mempercayakan masa depan kita, mempercayakan semuanya ke dalam tangan Tuhan, bahwa Dia sanggup menjaga dan membuat segala sesuatunya lebih baik daripada kita sendiri.
Namun, apakah kita dapat tetap berada di kursi penumpang saat menghadapi pergumulan hidup? Apakah kita bisa tetap tenang, tetap menikmati perjalanan hidup kita dan menyerahkan semuanya ke dalam tangan Tuhan? Atau sebaliknya, dengan penuh kekuatiran, amarah, kekesalan, kesedihan, bahkan kekecewaan, kita mengambil alih kemudi tersebut. Kita meragukan pimpinan Tuhan dalam kehidupan kita. Kita meragukan kasih Tuhan dalam hidup kita. Kita merasa marah dan kecewa pada Tuhan atas permasalahan yang datang menghampiri kita. Kita bertanya-tanya mengapa harus kita harus mengalami permasalahan ini. Bahkan kita terus-menerus mengeluh dan sama sekali tidak bisa tenang sepanjang perjalanan.
Karena merasa bahwa Tuhan tidak bertindak dengan memberikan jawaban yang kita inginkan, kita pun mengambil alih kemudi, berpikir bahwa kita mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri, kita mencoba berbagai cara untuk keluar dari permasalahan tersebut. Kita berpikir bahwa kita mampu mengemudikan mobil ‘kehidupan’ tersebut. Padahal sang Pemazmur telah mengingatkan kita bahwa saat kita berserah–menyerahkan segala kekuatiran dalam hidup kita–kita juga harus percaya bahwa Tuhan akan bertindak–akan memberikan jalan keluar sesuai dengan waktu-Nya dan kehendak-Nya, bukan menurut waktu kita atau pun keinginan kita.
Dalam menjalani kehidupan, marilah kita selalu mengambil posisi duduk di kursi penumpang, terlebih saat kita menghadapi permasalahan. Kita mau berlutut, berdoa, menyerahkan semuanya ke dalam tangan sang pengemudi, dan beristirahat dengan tenang di kursi penumpang. Biarkan Tuhan yang menuntun setiap langkah kehidupan kita.