SAUH BAGI JIWA
“Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.””
(Lukas 12:15)
“Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.””
(Lukas 12:15)
Seekor semut kecil merasa lapar. Ia mencari ke sana ke mari untuk menemukan barangkali ada sesuatu yang bisa ia makan. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya ia melihat sesuatu di kejauhan. Ia segera menghampiri benda itu. Setelah dekat, ia melihat sejenis cairan berwarna kuning kecoklatan. Ternyata itu adalah tetesan madu. Ia semakin mendekati benda itu. Ia belum pernah melihat benda seperti demikian. Merasa penasaran dan secara perlahan-lahan, ia terus maju ke arah benda itu. Benda apakah ini? Apakah sesuatu yang bisa dimakan? Tanyanya dalam hati. Akhirnya ia sampai pada benda itu. Dengan sungutnya, ia mencium dan mencicipinya. Wah, enak. Rasanya manis sekali! Ia merasa sangat senang dan terus mencicipinya. Mulanya ia hanya mencicipi dari pinggir. Semakin lama ia semakin menyukainya. Manisnya madu membuatnya merasa ketagihan. Ia tidak puas hanya mencicipi dari pinggir, sehingga ia memutuskan untuk melompat ke dalamnya. Pikirnya, jika ia ada di tengah-tengah, ia akan bisa makan sepuasnya. Dan ia berhasil! Namun, ia terkejut karena kakinya menjadi lengket dan sulit bergerak. Ia berusaha meronta-ronta, ingin melepaskan diri, tetapi tidak berhasil. Akhirnya ia mati dalam tetesan madu yang manis itu.
Yesus memberikan peringatan kepada kita tentang bahaya dari ketamakan. Seseorang disebut tamak jika ia selalu ingin mendapatkan lebih banyak lagi dari apa yang telah dimilikinya. Ia tidak pernah merasa cukup. Ia selalu tidak puas dengan apa yang telah dimilikinya. Orang yang tamak merupakan orang yang tidak mensyukuri anugerah Tuhan.
Orang tamak tidak akan merasa bahagia dalam kelimpahannya, karena dia selalu merasa kurang. Maka ia terus mengejar dan mengejar, padahal sesungguhnya ia sudah cukup dan tidak memerlukan itu. Jika yang dikejarnya adalah perkara-perkara rohani, tentu itu baik. Tetapi sayangnya, orang tamak hanya mengejar materi atau perkara-perkara duniawi. Orang yang demikian dapat masuk ke dalam jerat iblis. Iblis menyukai orang-orang seperti ini, sebab mereka biasanya sibuk dengan perkara-perkara dunia, sehingga tidak memiliki waktu untuk Tuhan. Jika hal ini berlangsung terus, maka ia akan semakin menjauh dari Tuhan dan mati secara rohani.
Sama seperti semut dalam ilustrasi di atas, pada mulanya madu membuat ia merasakan kenikmatan. Manisnya madu membuat ia terlena. Ia ingin lebih lagi. Ia tidak puas hanya mencicipi sedikit. Pada akhirnya, madu yang manis itulah yang membawanya kepada maut. Ini dapat memberikan kita pelajaran bahwa kita jangan sampai terlena oleh keindahan dan kenikmatan dunia. Janganlah kita selalu hanya mengejar harta, meniti karir, atau mengejar gelar. Bekerja dari pagi hingga malam untuk mendapatkan uang yang lebih banyak. Menggunakan seluruh tenaga dan pikiran untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi di tempat kerja. Atau belajar terus untuk mendapatkan gelar. Walaupun semua itu baik, jika kita tidak pernah merasa cukup, maka hal yang awalnya baik itu dapat menjadi malapetaka bagi kita. Waktu kita akan habis untuk hal yang sia-sia. Untuk apa kita berjerih-lelah untuk sesuatu yang akan kita tinggalkan? Untuk siapakah semua itu nanti? Bukankah tujuan sejati kita adalah kerajaan surga?
Jadi, berhati-hatilah! Jagalah hati dan pikiran kita. Waspadalah terhadap segala jenis ketamakan!
SAUH BAGI JIWA
“Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.””
(Lukas 12:15)
“Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.””
(Lukas 12:15)
Seekor semut kecil merasa lapar. Ia mencari ke sana ke mari untuk menemukan barangkali ada sesuatu yang bisa ia makan. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya ia melihat sesuatu di kejauhan. Ia segera menghampiri benda itu. Setelah dekat, ia melihat sejenis cairan berwarna kuning kecoklatan. Ternyata itu adalah tetesan madu. Ia semakin mendekati benda itu. Ia belum pernah melihat benda seperti demikian. Merasa penasaran dan secara perlahan-lahan, ia terus maju ke arah benda itu. Benda apakah ini? Apakah sesuatu yang bisa dimakan? Tanyanya dalam hati. Akhirnya ia sampai pada benda itu. Dengan sungutnya, ia mencium dan mencicipinya. Wah, enak. Rasanya manis sekali! Ia merasa sangat senang dan terus mencicipinya. Mulanya ia hanya mencicipi dari pinggir. Semakin lama ia semakin menyukainya. Manisnya madu membuatnya merasa ketagihan. Ia tidak puas hanya mencicipi dari pinggir, sehingga ia memutuskan untuk melompat ke dalamnya. Pikirnya, jika ia ada di tengah-tengah, ia akan bisa makan sepuasnya. Dan ia berhasil! Namun, ia terkejut karena kakinya menjadi lengket dan sulit bergerak. Ia berusaha meronta-ronta, ingin melepaskan diri, tetapi tidak berhasil. Akhirnya ia mati dalam tetesan madu yang manis itu.
Yesus memberikan peringatan kepada kita tentang bahaya dari ketamakan. Seseorang disebut tamak jika ia selalu ingin mendapatkan lebih banyak lagi dari apa yang telah dimilikinya. Ia tidak pernah merasa cukup. Ia selalu tidak puas dengan apa yang telah dimilikinya. Orang yang tamak merupakan orang yang tidak mensyukuri anugerah Tuhan.
Orang tamak tidak akan merasa bahagia dalam kelimpahannya, karena dia selalu merasa kurang. Maka ia terus mengejar dan mengejar, padahal sesungguhnya ia sudah cukup dan tidak memerlukan itu. Jika yang dikejarnya adalah perkara-perkara rohani, tentu itu baik. Tetapi sayangnya, orang tamak hanya mengejar materi atau perkara-perkara duniawi. Orang yang demikian dapat masuk ke dalam jerat iblis. Iblis menyukai orang-orang seperti ini, sebab mereka biasanya sibuk dengan perkara-perkara dunia, sehingga tidak memiliki waktu untuk Tuhan. Jika hal ini berlangsung terus, maka ia akan semakin menjauh dari Tuhan dan mati secara rohani.
Sama seperti semut dalam ilustrasi di atas, pada mulanya madu membuat ia merasakan kenikmatan. Manisnya madu membuat ia terlena. Ia ingin lebih lagi. Ia tidak puas hanya mencicipi sedikit. Pada akhirnya, madu yang manis itulah yang membawanya kepada maut. Ini dapat memberikan kita pelajaran bahwa kita jangan sampai terlena oleh keindahan dan kenikmatan dunia. Janganlah kita selalu hanya mengejar harta, meniti karir, atau mengejar gelar. Bekerja dari pagi hingga malam untuk mendapatkan uang yang lebih banyak. Menggunakan seluruh tenaga dan pikiran untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi di tempat kerja. Atau belajar terus untuk mendapatkan gelar. Walaupun semua itu baik, jika kita tidak pernah merasa cukup, maka hal yang awalnya baik itu dapat menjadi malapetaka bagi kita. Waktu kita akan habis untuk hal yang sia-sia. Untuk apa kita berjerih-lelah untuk sesuatu yang akan kita tinggalkan? Untuk siapakah semua itu nanti? Bukankah tujuan sejati kita adalah kerajaan surga?
Jadi, berhati-hatilah! Jagalah hati dan pikiran kita. Waspadalah terhadap segala jenis ketamakan!