SAUH BAGI JIWA
“Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku!” (Mazmur 4:2)
“Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku!” (Mazmur 4:2)
Daud sekali lagi mengalami kelegaan yang dari Allah sewaktu dikejar-kejar oleh Saul, hal ini ia ingat terus. Pada saat anaknya, Absalom, mau merebut takhta kerajaannya, sehingga Daud terpaksa meninggalkan istana melarikan diri, ia menuliskan syair ini: “Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku.”
Daud memberitahukan kita, bahwa kesulitan tidaklah menakutkan, asalkan kita disertai Allah yang akan memberi kelegaan. Sebenarnya kesulitan dalam kehidupan adalah sumber kelegaan hidup kita.
Biasanya orang setelah melalui pencobaan berat barulah timbul iman yang besar. Banyak orang yang mengalami pengujian membuktikan prinsip tersebut. Pimpinan Tuhan melatih kita melewati jalan yang penuh kesulitan dan kesusahan, akhirnya membawa kita tempat yang lega. Oleh sebab itu anak-anak Allah janganlah putus asa sewaktu berada di dalam berbagai pencobaan, ingatlah bahwa kesulitan akhirnya akan membawa kita kepada kelegaan.
“Dalam kesesakan aku telah berseru kepada Tuhan. Tuhan telah menjawab aku dengan memberi kelegaan. Tuhan di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Mazmur 118:5-6). Dahulu Daud pernah mengalami hal ini, hari ini orang yang percaya kepada Allah juga akan mengalaminya, asalkan kita bersandar kepada Allah, kita tidak perlu takut dalam segala hal. Sekalipun ada orang mau menggangu dan menekan kita, membuat kita berada dalam bahaya, tetapi mereka tidak akan dapat berbuat apa-apa terhadap kita.
Yusuf adalah anak kesayangan Yakub yang tidak pernah hidup menderita, yang menganggap dunia ini polos dan romatis, yang tenggelam dalam mimpi indah masa remaja, masa keemasan yang indah berkilauan, bagaimana dia bisa mengerti betapa kenyataan hidup itu penuh kesedihan dan penderitaan.
Namun setelah ia dijual ke Mesir sebagai budak, orang memasang rantai kaki melukai kakinya dan membelenggunya dengan rantai besi. Rantai kaki rantai besi yang mengerikan menjadi alat yang paling baik untuk menempanya menjadi dewasa. Kita boleh dengan yakin berkata, apabila Yusuf tidak mengalami menjadi narapidana yang menderita di Mesir, tidak mungkin ia dapat menjadi mangkubumi yang berkedudukan tinggi di Mesir. Siapa yang pernah terpikir, rantai besi yang membelenggunya justru menghantarkan kalung emas mangkubumi untuk dikenakan di lehernya.
Hari ini kita yang terbiasa hidup dalam damai dan gembira, sering menyia-nyiakan waktu. Bila Allah tidak menguji kita dengan rantai besi penderitaan, bagaimana kita dapat masuk ke tempat yang lega. Emas dan perak merupakan sahabat dalam mimpi, tetapi tembaga dan besi adalah guru yang membangun!
Ya, janganlah kita takut akan penderitaan, karena penderitaan dapat membimbing kita masuk ke dalam kelegaan. Apabila anda belum pernah terbelenggu oleh rantai besi, anda tidak mungkin menjadi laskar Kristus. Rantai besi penderitaan membelenggu anda sekarang, karena Allah mau memberi kelegaan di kemudian hari, sama seperti penjara bagi Yusuf adalah jalan terbaik bagi Yusuf naik ke takhta mangkubumi.